Senin, Juni 08, 2009

Puasa Ramadhan

Beberapa hari lagi kita sampai pada bulan Ramadhan. Pada bulan ini ummat Islam diperintahkan melaksanakan kewajiban berpuasa. Kedatangan bulan Ramadhan ini merupakan barakah yang besar bagi ummat Islam. Mengapa demikian ? Marilah kita mengingat kembali firman Allah dalam surat al Baqarah, ayat 183.


“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas ummat-ummat sebelummu, agar kamu bertaqwa.”

Perintah tersebut ditujukan kepada orang-orang yang beriman, karena hanya orang-orang yang beriman saja yang mampu memahami dan melaksanakan puasa. Sedemikian beratnya melaksanakan ibadah puasa, apalagi dalam cuaca dan keadaan yang tidak menyenangkan. Jika panas menyengat, rasa haus pun hampir tidak dapat ditahan. Demikian pula jika dingin menerpa, rasa lapar pun hampir tidak dapat ditahan. Kita patut bersyukur hidup di bumi Indonesia yang mana waktu siang hari tidak lebih dari 14 jam. Sebab ada suadara-saudara kita yang hidup di belahan bumi di mana waktu siang lebih lama daripada waktu malamnya seperti di Belanda dan Amerika Serikat.

Namun di balik rasa berat tersebut, kita akan mendapat kemudahan-kemudahan. Allah akan memberikan kemudahan di akhirat kelak. Lapar dan dahaga tersebut tidak seberapa dibandingkan dengan lapar dan dahaga yang dialami kelak di akhirat apabila kita durhaka kepada Allah SWT. Segala kesulitan puasa tidak seberapa jika dibandingkan dengan kesulitan yang dihadapi orang-orang yang durhaka kepada Allah SWT. Kita tidak mungkin dapat menahan satu celupan saja siksa Allah SWT. Bagaimanakah jika Allah menyiksa kita bertahun-tahun akibat kedurhakaan kita.

"Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan syurga bagi orang kafir." Sungguh benar ungkapan ini, karena segala keindahan dunia bagi orang kafir tidak ada setitik pun bandingannya dengan kepedihan hari akhir. Sebaliknya, kepedihan orang mukmin di dunia ini tidak ada setetes pun padanannya bila dibandingkan dengan keindahan akhirat yang akan diperolehnya.

Bulan Puasa merupakan kesempatan yang besar bagi kita untuk memperbanyak amal ibadah. Sesungguhnya puasa itu sendiri menjadi zakat (pembersih) jiwa yang akan mendorong orang untuk meraih keutamaan akhlak dan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Allah SWT dalam surat Al ‘Ashr, telah memperingatkan kepada kita betapa meruginya orang-orang yang tidak beriman dan melakukan perbuatan-perbuatan tercela dan terlarang.

Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanyalah perantara menuju kehidupan yang abadi, yaitu di akhirat kelak. Dalam pengertian bahwa hidup kita tidak hanya terbatas pada kematian. Kita seringkali mendengar kata : “eling pati, eling pati, dan eling pati.” Benar. Karena apa yang kita peroleh dalam kehidupan di akhirat kelak, merupakan hasil dari apa yang kita lakukan selama hidup di dunia. Jika seseorang berbuat baik, maka perbuatan baik tersebut akan bersemi, tumbuh dan berbuah. Sama halnya dengan perbuatan yang tidak baik. Hanya saja mungkin buahnya tidak langsung dapat dipetik. Namun, yang pasti setiap perbuatan akan mendapatkan balasan Allah SWT. Sehingga makin banyak kita melakukan perbuatan baik, makin banyak pula harapan kita kepada Allah terhadap balasan yang baik pula.

Perbuatan baik dapat dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Misalnya, menyingkirkan duri dari jalan atau hal lain yang membahayakan pejalan kaki.

Dalam bulan Ramadhan ini kita dapat memperbanyak memohon ampun dan menabung amal kebajikan. Sebab puasa yang kita lakukan, akan menjadi syafa'at kelak di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda :

"Puasa dan Al Qur'an akan menjadi syafa'at bagi manusia kelak di hari kiamat. Puasa akan berkata,"Hai Tuhan, akau mencegahnya dari makan dan syahwat, maka berilah aku syafa'at untuknya. Al Qur'an berkata :"Wahai Tuhan, aku telah mencegahnya tidur pada malam hari, maka berilah aku syafa'at untuknya. Kemudian Nabi bersabda : keduanya memberi syafa'at. " (HR. Ahmad).

Hal ini dikarenakan setiap ibadat yang kita lakukan di bulan Ramadhan akan mendapatkan pahala yang sangat besar. Apalagi di dalam bulan puasa, kita merasa adanya kemudahan dan semangat untuk melaksanakan amal kebajikan dan ibadah melebihi bulan-bulan lain; seperti shalat tarawih, witir, tadarus al Qur’an dan bersedekah. Hawa nafsu yang selama ini berkeliaran tak menentu, di bulan ini terpenjara oleh lapar dan dahaga serta kesadaran betapa lemahnya manusia tanpa makanan dan minuman. Dalam keadaan seperti ini kita sangat menginginkan dekat kepada Allah; Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Berbeda dengan hari-hari biasa, dimana kita seringkali melupakan Tuhan dikarenakan kesibukan-kesibukan sehari-hari.

Oleh karena itu bulan Ramadhan dapat dijadikan sarana memperbaharui jiwa sehingga kita senantiasa dapat meningkatkan amal ibadah dan meningkatkan kebajikan. Disamping itu agar kondisi kita benar-benar siap menghadapi bulan Ramadhan, alangkah baiknya jika kita melaksanakan puasa sunat di akhir bulan Sya’ban.

Dan janganlah puasa kita hanya menahan lapar dan haus, tetapi menahan dari segala kekufuran dan kemaksiatan baik di dalam bulan puasa maupun bulan sesudahnya. Janganlah puasa kita sia-sia karena tidak memperkuat ruhani kita. Janganlah puasa kita sia-sia karena tidak meningkatkan taqwa.

Apabila kita melalaikan perbuatan-perbuatan baik, amal salih dan ibadah pada bulan-bulan sebelumnya, maka bulan Ramadahan inilah kesempatan kita untuk memulai dan memperbaharui diri kita.

Maka, marilah kita hiasi puasa kita dengan mengadakan perbaikan diri, membaca Al Qur'an, hidup sederhana, peduli pada sesama, shalat dan dzikir malam, menambah ilmu, mengurangi fitnah dan memperbanyak muhasabah. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar