Selasa, Juni 09, 2009

Manusia Bagian dari Lingkungan

Marilah kita bertaqwa kepada Allah, dengan melaksnakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Sebab dengan taqwa inilah, manusia akan selamat di dunia dan akhirat.

Lingkungan merupakan alam yang paling dekat dengan kita. Sejak pertama menyadari kehidupan, kita menamakan diri kita berada di dalam alam semesta. Kita hidup, bertempat tinggal, mencari makan, menanam pohon, dan menikmati semua pemandangan di dalam lingkungan kita.

Tidak hanya itu, kita sendiri adalah bagian dari alam. Kita diciptakan Allah dari tanah dan ditempatkan di bumi ini, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an surat Hud, ayat 61 yang artinya :

"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya)."(Q.S.Hud:61).

Dalam surat Al A'raf juga disebutkan :

"Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur."(Q.S.7:10).

Dari firman Allah di atas, ada 4 (empat) kesadaran :
Pertama, kesadaran bahwa manusia diciptakan dari tanah.
Kedua, kesadaran bahwa manusia adalah pemakmur bumi.
Ketiga, kesadaran bahwa manusia ditempatkan di bumi.
Keempat, kesadaran bahwa bumi adalah sumber penghidupan.

Dalam firman Allah di atas, Allah menegaskan hubungan manusia dengan bumi yang tidak mungkin terpisahkan. Manusia menjadi bagian dari bumi karena manusia diciptakan dari tanah dan bumi merupakan sumber penghidupan. Siapakah yang dapat mengingkari bumi sebagai sumber penghidupan ?

Allah juga mengingatkan kepada kita bahwa bumi dan makhluk hidup lainnya seperti udara, lautan, permukaan tanah, padang rumput, gunung-gunung, matahari dan bulan adalah satu kesatuan alam. Apabila bagian-bagian dari kesatuan ini dirusak dan harmoninya dilanggar, maka akan berakibat buruk bagi kesejahteraan hidup kita semua.

Kini, dibalik penguasaan manusia terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, kita merasa khawatir bahwa apa yang dihasilkan bukan pemakmuran, melainkan perusakan dalam jumlah yang lebih besar.

Sebagai contoh, dahulu, manusia cukup memancing untuk mendapatkan ikan, namun sekarang manusia meracuni sungai untuk mendapatkan ikan, sehingga mematikan ikan dan makhluk hidup lainnya yang berada di dalam air.

Dengan ilmu dan teknologi, manusia mampu membuat pabrik, pupuk, mobil dan sebagainya. Namun, tanpa tata krama lingkungan, manusia bisa mati karena ilmu dan teknologinya. Sekiranya udara, tanah, dan air tercemari oleh zat-zat kimiawi dari pupuk, asap kendaraan dan limbah-limbah, maka kehidupan akan terganggu. Akibatnya hidup manusia dibayang-bayangi oleh penyakit seperti kanker, jantung, pernapasan dan sebagainya.

Karena itu kita perlu merenungkan tata krama terhadap lingkungan, sebagaimana Firman Allah dalam surat Al Qashash, ayat 77, yang artinya:

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".

Ketahuilah, Allah melarang berbuat kerusakan. Sehingga, kita tidak boleh semena-mena dalam memperlakukan alam ini. Kita tidak boleh memperlakukannya hanya untuk pemuasan nafsu serakah.

Kita bukanlah pemilik alam ini, sebaliknya karena kasih sayang Allah inilah, manusia diberi anugerah untuk memperoleh penghidupan di bumi. Sekiranya manusia berbuat kerusakan, maka Allah akan mencabut segala kenikmatan yang telah dikaruniakan dan manusia tidak akan mendapatkan bagian sedikit pun di akhirat.

Saudara-saudaraku, dengan memahami asal pencipataan manusia dari tanah, maka kita sadar; kehidupan manusia sangat bergantung dengan tanah. Jika tanah atau bumi rusak, pasti hidup manusia pun rusak. Apakah yang dapat kita nikmati dari kehidupan ini, manakala lingkungan sudah rusak ?. Maka marilah kita mensyukuri karunia Allah yang tidak terhingga ini dengan melaksanakan tugas memakmurkan bumi. Janganlah kita mendahulukan sifat serakah tanpa memperhatikan kehidupan anak cucu kita di masa yang akan datang. Dan janganlah kita mengutamakan kepentingan sendiri, tanpa memikirkan kemakmuran dan keselamatan bersama.

Sebagai orang yang beriman, kita yakin bahwa sekecil apapun kerusakan lingkungan, pasti akan berakibat buruk, apalagi jika kerusakan itu berlangsung lama dan dalam jumlah yang sangat besar. Marilah kita mulai hidup ini dengan memperhatikan lingkungan sekitar kita. Jika mulai sekarang, kita mau merubah perilaku kita terhadap lingkungan, Insya Allah, pada masa mendatang, kita akan mendapatkan kembali lingkungan yang sehat, indah, dan mensejahterakan. Semua ini, merupakan persiapan kita bagi kehidupan anak cucu kita di masa yang akan datang.

Janganlah kita semua menyombongkan diri dengan berbuat kerusakan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong, karena kita dalah makhluk lemah yang tergantung pada karunia dan kasih sayang Allah. Kita semua mengalami kehancuran, manakala Allah mencabut seluruh kenikmatan dan karunia-Nya. Sesungguhnya kita semua adalah makhluk yang lemah, yang senantiasa berharap belas kasihan dari Allah.

"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung."

"Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu." (Q.S. Al Isra:37-38).

Dan ketahuilah saudara-saudarakau, sesungguhnya dunia ini, manusia diuji dengan amal ibadah. Sekiranya, kita tidak lulus, tentu kelak kita akan celaka.

"Dialah Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar