Senin, Juni 08, 2009

Memperingati Hari Kemerdekaan 17 Agustus

Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Yaitu, dengan senantiasa melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangan-laranganNya. Sebab dengan iman dan taqwa inilah, manusia akan selamat di dunia dan akhirat.

Adakah diantara kita yang menghendaki hidup dalam penjajahan ? Tidak ada. Namun bangsa Indonesia pernah mengalami musibah yang sangat besar sepanjang sejarah, yakni dijajah oleh bangsa-bangsa asing seperti Belanda dan Jepang sehingga berabad-abad lamanya bangsa ini terkurung dalam penderitaan.

Di dalam penjajahan manusia tidak dapat mengembangkan diri. Kita tidak dapat membangun kehidupan yang lebih baik, manakala hidup kita, kekayaan kita, pikiran dan hati kita diperbudak dan dijajah. Penjajahan tidak hanya mengeruk harta benda, namun juga nyawa manusia. Syukur kepada Allah, atas berkat rahmatNya dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan yang baik, maka pada tanggal 17 Agustus l945, rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Hal ini menunjukkan keinginan orang-orang yang beriman untuk membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dan sehingga dapat membangun kehidupan yang lebih baik.
Kemerdekaan menjadi sia-sia, apabila kita tidak dapat mengisi kemerdekaan ini dengan amal shaleh. Manusia harus bekerja agar Allah mengubah nasib suatu kaum/bangsa, sebagaimana Firman Allah :

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Q.S.13:11).

Dengan ayat ini ada dua hal yang perlu kita perhatikan dalam proses perubahan menuju kehidupan yang lebih baik.

Pertama, kondisi subyektif manusia. Manusia adalah pelaku dari setiap perubahan. Semua keadaan hidup di dunia ini, ditentukan oleh perbuatan-perbuatan manusia. Dan perbuatan-perbuatan manusia ini, tergantung kepada hati dan pikirannya. Anggota tubuh hanyalah alat yang digerakkan oleh hati dan pikiran.

Rasulullah SAW bersabda :


"Perhatikanlah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah, jika segumpal darah itu baik, maka baiklah semuanya, jika segumpal darah itu rusak, maka rusaklah semuanya. Perhatikanlah, segumpal darah itu adalah hati. (HR. Bukhari).

Hati bisa kotor sebagaimana kotornya cermin, maka pembersihnya adalah dzikrullah. Hati bisa telanjang sebagaimana telanjangnya tubuh, maka penutupnya adalah taqwa. Hati bisa lapar sebagaimana laparnya tubuh, maka makanannya adalah mengenal Allah, mencintai Allah, beribadah kepada Allah. Jika hati tidak mengenal Allah, maka Allah tidak akan memberi rahmat, sehingga hati akan cenderung berbuat rusak.

Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf, ayat 53:

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Para ahli ilmu jiwa menyatakan bahwa kerusakan yang terjadi disebabkan karena hati telah terkotori oleh kecenderungan-kecenderungan buruk. Sehingga menimbulkan perilaku-perilaku buruk, Sedangkan hati yang dirahmati adalah hati yang mengenal Allah dan rasulNya sehingga terdorong beramal shaleh. Hati yang dirhamati penuh dengan akhlak terpuji. Oleh sebab itu, segala kekacauan dunia tidak lain disebabkan karena manusia telah kehilangan ruhaninya. Annemarie Schimmel, seorang ilmuwan Jerman, menyatakan bahwa sumber dari kekacauan adalah krisis spiritual. Untuk mengembalikannya, tidak lain manusia harus kembali kepada ajaran Allah dan rasulNya.

Kedua, kondisi obyektif suatu masyarakat. Perubahan masyarakat juga ditentukan oleh bagaimana lingkungannya, Sumber Daya Alamnya, system hukum dan sebagainya. Namun semua ini dipengaruhi oleh kondisi subyektif manusia yaitu, keadaan akhlak manusia. Allah berfirman : Apa saja ni`mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (Q.S.4:79).

Saudara-saudaraku

Sudah seharusnya kita mawas diri agar kita mengenal diri sendiri. Janganlah menyalahkan zaman. Akan tetapi kita harus mujahadah/bekerja keras mengalahkan kecenderungan-kecenderungan buruk yang merusak diri kita, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dan kita wajib mengisi karunia kemerdekaan ini dengan jihad fi sabilillah. Yakni bekerja keras mewujudkan segala kebaikan di jalan Allah. Di antara jihad fi sabilillah itu adalah "daf'un ma'shumun 'an al dhurari," yakni mencegah segala hal buruk yang akan menimpa orang yang ada dalam perlindungan kita. Siapakah orang yang dalam perlindungan itu ? Mereka adalah ummat manusia. Mereka harus dilindungi dari marabahaya kebodohan, kemelaratan, kedzaliman, dan penyakit. Sehingga agama Islam menyatakan bahwa pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan umum hukumnya wajib.

Oleh sebab itu, marilah kita jihad dengan ikhlash. Kita tidak cukup hanya berdoa siang malam, melainkan harus disertai dengan merubah diri kita, merubah system dan perilaku kita sehingga permasalahan-permasalahan yang kita hadapi dapatr teratasi.

Demikianlah, semoga Allah menolong kita semua dan senantiasa memberikan kekuatan dan jalan keluar bagi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar