Senin, Juni 08, 2009

Budi Pekerti Sumber Kebajikan

Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Yaitu, dengan senantiasa melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangan-laranganNya. Sebab dengan iman dan taqwa inilah, manusia akan selamat di dunia dan akhirat.
Seringkali kita merasakan kehidupan begitu kisruh dan kacau. Kerakusan, kedzaliman, saling bertengkar, saling dendam dan berbagai penyakit sosial terjadi dimana-mana. Hukum Tuhan tidak ditaati, dan hukum manusia dipermainkan. Kita makin malas membuka firman-firman Allah, malas mendengar sabda-sabda Nabi, dan banyak mengabaikan kehidupan orang-orang salih.

Akan tetapi keadaan seperti ini bukan akhir segala-galanya. Semuanya bisa berubah sepanjang manusia berkemauan keras untuk berubah. Artinya, kita harus melihat dalam diri kita sendiri hal-hal apa yang merugikan masyarakat, hal-hal apa yang membuat kita jauh dari Allah. Apakah kita semua sudah tidak takut lagi kepada Allah ? Apakah kita semua tidak berharap ridha Allah ? Apakah kita semua menghendaki keadaan yang menyusahkan dan menyesatkan ?

Amal salih merupakan cermin dari ilmu dan budi pekerti manusia yang luhur. Artinya, budi pekerti luhur itulah yang melahirkan amal salih. Manusia yang memiliki ilmu dan budi pekerti luhur, akan selalu istiqamah di dalam melakukan amal salih. Begitu pentingnya budi luhur, sehingga dikatakan Nabi Muhammad bahwa budi luhur itu merupakan sarana yang dapat meringankan hisab kita di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda :

” Tiada hal yang dapat memperingan timbangan seorang hamba yang mukmin kelak di hari kiamat, melainkan “husnul khulq” (budi pekerti yang luhur). Sesungguhnya Allah benci terhadap orang yang keji mulut/kelakuannya. “ (HR Turmudzi).

Budi pekerti yang dimiliki seseorang berkaitan dengan keadaan hati. Oleh karena itu hati harus mendapatkan pendidikan. Sama seperti halnya tubuh, hati juga perlu mendapat makanan. Diantara makanan hati adalah firman-firman Tuhan, bergaul dengan orang-orang yang shaleh dan senang mengahdiri majlis taklim. Jika makanan jasadi menghasilkan tenaga, maka makanan hati (rohani) menghasilkan rasa takut kepada Allah SWT.

Sebaliknya jika hati tidak mendapat makanan, tentu saja hati akan lapar. Laparnya hati lebih berbahaya daripada laparnya perut. Makin lapar hati itu, maka makin rusak pula hatinya. Hati adalah sumber perbuatan. Hati yang rusak, akan menumbuhkan sifat-sifat buruk dan akhirnya melahirkan perbuatan yang buruk pula.

Kerusakan hati, tidak lain disebabkan noda-noda yang terus menumpuk di atasnya. Setiap kali orang berbuat dosa, maka pada hatinya akan terdapat satu titik. Demikian seterusnya, jika perbuatan dosa itu tidak dihentikan, maka makin lama noda-noda tersebut semakin banyak hingga akhirnya sulit dibersihkan.

Untuk membersihkan hati ini tidak ada cara lain selain bertobat, bersungguh-sungguh berhenti dari perbuatan maksiat dan bersungguh-sungguh untuk taat kepada Allah SWT agar sifat-sifat baik yang ada dalam diri manusia terus tumbuh dan berkembang, yang pada akhirnya melahirkan perbuatan-perbuatan baik. Disamping itu, untuk menghindari terulanginya perbuatan dosa, kita harus menjauh dari hal-hal yang dapat menjerumuskan ke dalam perbuatan dosa tersebut.

Jika kita merasa bahwa akhlak yang baik akan memperingan dan menyelamatkan hidup manusia, tentu kita akan sungguh-sungguh berusaha agar kita menjadi orang yang baik. Para orangtua, guru, dan pemimpin akan bersungguh-sungguh memperbaharui akhlak manusia.
Diantara akhlak yang baik itu antara lain :
· takut kepada Allah
· dapat menghargai sesama manusia
· mencintai sesama manusia
· menjaga lidahnya dari ucapan-cupan buruk
· menjaga tangannya dari perbuataan-perbuatan merugikan
· mau meminta maaf dan memberi maaf, dan
· mau mendoakan sesama muslim.
· Beryukur
· Bersegera dalam kebaikan
· Berbelas kasih
· Adil, dan
· Sabar

Kita sama-sama dapat merasakan bagaimana keadaan hidup manusia jika perangai-perangai buruk tumbuh subur di dalam masyarakat. Penipuan, pergaulan bebas, kekejaman, dan saling menindas merebak dimana-mana. Setiap hari, hampir-hampir kita tidak dapat mengatasi masalah, namun justru menambah masalah.

Namun dengan akhlak yang baik, akan muncul amal yang baik pula sehingga Allah memberikan rahmat di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah tidak menyukai akhlak yang buruk ataupun perbuatan keji (al fawakhis), sebagaimana firman Allah dalam surat Al A'araf ayat 28, yang artinya :

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?

Diantara fawakhis atau perbuatan keji itu adalah musyrik, zina, khamr, judi, durhaka kepada orangtua, dan pembunuhan.

Oleh karena itu, marilah kita sedikit demi sedikit menghapus sifat-sifat buruk dalam diri kita, sehingga kita senang pada kebaikan dan kebajikan atau amal salih. Janganlah kita meneruskan perilaku-perilaku buruk dari ummat sebelumnya, atau meniru perilaku-perialku buruk yang ada. Ketahuilah, kehidupan ini akan semakin terupuruk manakala perilaku-perilaku buruk dibiarkan merajalela di dalam masyarakat.
Rasulullah SAW bersabda :

"Sesungguhnya termasuk orang-orang pilihan dari kalian adalah orang yang terbaik budi pekertinya (HR. Bukhari)"

Demikianlah khutbah ini. Kita semua berlindung dari perangai-perangai buruk yang dihembuskan oleh hawa nafsu dan setan yang terkutuk.
Dan dengan menjaga hati dan perilaku yang baik, hidup akan terasa aman dan ringan. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar