Senin, Juni 08, 2009

Khutbah Perayaan Idul Adha

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Sebagai permulaan di pagi Hari Raya Idul Adha yang penuh barakah ini, marilah kita semua mempersembahkan rasa syukur atau terima kasih yang setinggi-tingginya ke hadirat Allah SWT, karena Allah masih memilahara, menjaga, mengurus dan mememberi rezeki kepada kita dengan berbagai macam nikmat.

Diantara nikmat tersebut adalah kita masih diberi kesempatan hidup hingga pagi ini, sehingga kita berpeluang memperbanyak bekal amal salih untuk perjalanan ke akhirat. Di pagi ini, kita berkumpul disini, bersama-sama bertakbir, bertahmid dan bertasbih serta mengerjakan shalat Idul Adha.

Pada saat ini pula, ummat Islam yang sedang menjalankan ibadah haji menyembelih binatang Qurban sebagai perwujudan taat dan syukur kepada Allah SWT.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Berqurban menjadi amal yang penting untuk senantiasa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Berkorban adalah berbagi nikmat Allah kepada sesama manusia. Dan berkorban adalah nikmat yang besar bagi orang yang mampu berkorban.

Saya katakan semua itu adalah nikmat yang besar, karena hal tersebut merupakan nikmat yang dapat dibawa sampai ke akhirat. Sebaliknya nikmat duniawi seperti harta benda dan jabatan hanya dapat dipakai di dunia ini saja. Bahkan terkadang nikmat tersebut tidak dapat digunakan lagi, betapapun kita masih hidup.

Oleh karena itu kita patut mengucapkan terima kasih yang sungguh-sungguh lahir dari hati yang paling dalam, karena kita benar-benar mendapat perhatian dan karunia Allah yang berharga. Allah SWT berfirman :

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Bangsa Indonesia tidak henti-hentinya menghadapi ujian berat. Diantaranya adalah musibah gempa bumi dan tsunami, yang terjadi di Aceh, Bantul, dan Cilacap. Dan beberapa bulan yang lalu, semburan lumpur panas yang telah menenggelamkam beberapa desa, kecelakaan transportasi, badai, dan bencana alam lainnya.

Musibah tersebut telah menghancurkan harta benda dan menghilangkan nyawa ribuan manusia. Dampak dari musibah tersebut, tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang terkena musibah langsung, namun juga jutaan orang lainnya. Mereka mengalami kesulitan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Pasar, gedung sekolah, perkantoran dan rumah sakit, tidak dapat digunakan lagi. Untuk membangun kembali, diperlukan waktu bertahun-tahun dan biaya yang sangat banyak. Semua ini, tentu tidak mudah menghadapinya. Akibat berbagai bencana dan krisis ini, kita benar-benar berada dalam situasi yang sangat terpuruk.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Sesungguhnya, bila kita memahami hakikat ujian tersebut, kita ini sebenarnya sedang diuji keteguhan imannya oleh Allah SWT. Sejauh mana sesungguhnya kekuatan iman dan taqwa kita kepada Allah. Selama ini bangsa kita mengaku beriman dan bertaqwa kepada Allah, tetapi sikap dan amal perbuatan yang terjadi di masyarakat tidak mencerminkan sebagai bangsa yang beriman dan bertaqwa. Bahkan banyak terjadi kemungkaran dan kedzaliman.

Oleh karena itu Allah mengingatkan kita dengan berbagai macam cobaan. Dengan cobaan tersebut diharapkan kita semua sadar dan insaf terhadap kesalahan dan kehilafahan, sabar menghadapinya dan istiqomah di jalan Allah. Ketahuilah bahwa hukum Allah seperti hukum grafitasi. Siapapun yang tidak melaksanakannya pasti akan ditimpa kehancuran. Ibaratnya, siapapun yang menjatuhkan diri dari bangunan bertingkat pasti akan terluka dan celaka, sekalipun ia orang Islam. Sebaliknya siapapun yang turun dari gedung bertingkat dengan cara yang benar, pasti akan selamat, sekalipun ia bukan orang beriman. Insya Allah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Berbagai musibah yang terjadi, harus kita jadikan sebagai saat yang tepat untuk mengubah karakter, watak ataupun sifat kita semua. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebagai upaya memperbaharui kehidupan.

Pertama, Pemimpin yang berperasaan.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Q.S.5:51).
Diperlukan kepemimpinan yang mampu mengelola dan memberi teladan yang baik guna membawa masyarakat dalam sebuah kehidupan yang baru. Kita harus memiliki kepekaan dan kesadaran atas berbagai peristiwa yang menimpa. Bukankah Allah SWT telah menegaskan di dalam berbagai firmanNya, yaitu tentang bagaimana kehidupan ummat di masa lampau, baik yang taat maupun yang durhaka. Semua itu telah menunjukkan kepada kita, agar kita senantiasa mengambil pelajaran dan yakin terhadap janji dan ancaman Allah SWT.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah, bahwa kita harus senantiasa mengubah diri kita ke arah yang lebih baik, sebab perubahan suatu masyarakat sangat tergantung pada perubahan manusia. Yaitu perubahan di dalam amal perbuatannya.

Kedua, mengikis sikap munafik.
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok" (Q.S.2:14).
Seorang hamba Allah tidak cukup dengan menyatakan iman kepada Allah SWT. Iman harus diwujudkan dalam setiap amal perbuatan di dunia ini. Apa yang telah dikaruniakan Allah hendaknya tidak dipergunakan untuk mendurhakai Allah dan rasulNya. Melainkan harus dipergunakan sebagai sarana untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Bisa jadi, apa yang kita anggap menyenangkan di dunia ini, akan menyusahkan di akhirat. Apa yang mulia di dunia ini, adalah kehinaan di akhirat. Dan apa yang glamor dan popular di dunia ini, justru akan membuat kita kesepian dan tak memiliki penolong di akhirat.
Ketika seseorang bersyukur dan berkorban untuk Allah, maka sesungguhnya ia sedang mengurangi bebannya di akhirat. Makin banyak berkorban di jalan Allah, makin dekat dengan taqwa. Dan makin taqwa seseorang, makin ringan bebannya di hadapan Allah. Sebaliknya, makin durhaka kepada Allah, ia makin berat tanggungannya di hadapan Allah, meskipun di dunia dirasakan enak.

Allahu Akbar 3 X
Yang Ketiga, merasa hamba Allah.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (Q.S.51:56).

Dalam cobaan, ujian ataupun musibah yang menimpa, kita harus bisa memaknai sebagai sebuah perlambang atau isyarat peringatan perlunya kita membangun kehidupan yang baru dengan mengubah cara merasa, cara berpikir dan cara hidup kita, sehingga mampu mengubah amal perbuatan kita. Kita semua harus memperbaharui dan memperbaiki amal perbuatan kita, sehingga kehidupan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Kita juga senantiasa harus memohon ampunan Allah SWT, agar kelak kita kembali ke hadiratNya sebagai manusia yang mendapat ridha Allah.

Hendaknya kita senantiasa mengingat akan janji dan ancaman Allah yang pasti terjadi. Hendaknya kita mengingat semua karunia Allah yang telah melimpah begitu banyak kepada kita semua.
Dengan cara itu, kita menjadi manusia yang bisa rumangsa. Bagaimanapun, kita adalah hamba Allah. Setinggi apapun pangkat, sebanyak apapun harta benda, semulia apapun keturunan dan ilmu pengetahuan, kita semua adalah hamba Allah yang lemah. Tiada daya dan kekuatan tanpa izin Allah. Apa yang kita miliki, semuanya tidak lebih dari karunia Allah yang Maha Kaya, yang dititipkan kepada kita sebagai bekal menuju kehidupan yang kekal, yaitu akhirat. Perasaan ini pula, yang akan mengantarkan kita untuk senantiasa muhasabah atau mengoreksi diri sendiri.
Dengan menyadari janji dan ancaman Allah, kita akan tumbuhkan rasa hamba di hadapan Allah, sehingga kita dapat mengetahui apa yang telah dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan.
Tanpa merasa sebagai hamba Allah, kita menjadi makhluk yang sombong dan tidak tahu berterima kasih kepada Allah SWT. Padahal sifat inilah yang telah menjadikan manusia jauh dari Allah, menganggap diri hebat, serba kecukupan dan tidak berharap kepada Allah. Karena kesombongan, manusia merasa aman dari siksa Allah. Karena kesombongan pula, manusia menyepelekan janji dan ancaman Allah. Oleh karena itu, marilah kita menundukkan hati kita ke hadiratNya, memohon dengan sungguh-sungguh ke hadirat Allah SWT.

Yang Keempat. Mengubah cara hidup.
Ingatlah bahwa sesungguhnya manusia harus tahu darimana dia berasal dan kemana akan kembali. Dunia ini adalah ladang menuju akhirat. Segala kebanggaan dunia ini tidak akan bermanfaat apa-apa di akhirat, kecuali kita menghadap Allah dengan hati yang bersih.
"dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Q.S. Asy-Syu'ara:87-89)."
Maka. Allah memberi jalan kepada kita agar berserah diri kepada Allah secara total. Janganlah kehidupan ini justru membawa kita pada kehancuran diakibatkan kekufuran kepada Allah dan rasulNya.
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (Q.S.2:208).

Allahu Akbar 3 X
Saudara-saudaraku, demi rahmat Allah, aku menasehatkan kepadamu supaya kalian mempersembahkan tenaga, pikiran dan kekayaanmu di jalan Allah. Janganlah engkau menghambur-hamburkan karunia Allah di jalan syetan. Gunakanlah karunia Allah untuk membebaskan saudara-saudara kita yang berada dalam penderitaan, kebodohan, penindasan dan tipu daya.

Korbankanlah hidupmu di jalan Allah, tunduklah pada perintah Allah dan yakinlah akan balasan-balasan Allah di akhirat. Inilah ibadah sejati.

Maka janganlahlah kalian menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan ibadah dan budimu sehingga engakau dapat membedakan mana kehendak Allah dan kehendak iblis. Dan siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati ikhlash; siapa yang menjadi pemimpin, hendaklah melakukannya dengan tekun, siapa yang menunjukkan kemurahan hendaklah ia melakukannya dengan suka cita. Usahakanlah dirimu tidak menindas dan tidak mempersulit saudara-suadaramu. Berilah jalan yang benar, semoga engkau dimudahkan di akhirat.

Ya Allah, jadikanlah kami hamba-Mu yang pandai bersyukur, rasa berhutang budi pada-Mu, malu dengan-Mu, tunduk pada-Mu dan takut ancaman-Mu. Ya Allah, jadikanlah kami orang yang dapat meninggalkan kebiasaan buruk, dan jadikanlah kami orang yang memulai perbuatan baik. Ya Allah kami ingin menjadi hamba yang sangat bertawakkal kepada-Mu dengan sepenuh hati. Dan kami berlindung dengan-Mu dari siksa yang sangat pedih, yang disediakan bagi orang-orang yang mengingkari-Mu. Dan masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur dan mau berkorban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar