Senin, Juni 08, 2009

Empat Pilar Penyangga Kehidupan Masyarakat

Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Yaitu, dengan senantiasa melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangan-laranganNya. Sebab dengan iman dan taqwa inilah, manusia akan selamat di dunia dan akhirat.

Maju mundurnya masyarakat tidak lepas dari kesediaan kita untuk saling menopang di dalam kehidupan. Kita tidak bisa hidup sendirian. Apapun kekuatan dan kehebatan yang kita miliki, sama sekali tidak akan berguna untuk membangun kehidupan dan kesejahteraan bersama, manakala tidak didasari rasa saling membantu dan kebersamaan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :

“Dunia ditegakkan dengan empat hal : ilmu para 'ulama, pemimpin yang adil, kedermawanan orang-orang kaya dan do’a orang-orang fakir (HR. Bukhari).”

Sabda junjungan kita Muhammad SAW ini mengajarkan kepada kita agar memperhatikan empat pilar atau sendi-sendi kehidupan, supaya kehidupan benar-benar tenteram karta raharja.

Pilar yang pertama adalah ilmunya ulama. Ilmu para ‘ulama diperlukan agar setiap orang dapat memperoleh kejelasan mana yang haq dan bathil, mana yang haram dan halal. ‘Ulama ibarat cahaya yang menerangi bumi. Jika cahaya ini telah rusak dan redup, maka manusia akan tersesat; tidak tahu lagi mana yang haq dan bathil.

Kedua : Pemimpin yang adil.
Sesungguhnya jabatan bisa menjadi rahmat. Manakala kekuasaan yang dimiliki menjadikannya rendah hati dan mempergunakan wewenang yang dimilikinya untuk kebaikan ummat. Sebab jabatan adalah sebuah amanah. Sebaliknya jabatan bisa mendatangkan laknat dan murka Allah, manakala wewenang yang dimilikinya dipergunakan semena-mena dan semaunya sendiri.
Kita semua juga harus belajar bahwa ketika memilih seorang pemimpin, mulai dari pemimpin keluarga, kelompok, desa hingga pemimpin yang paling tinggi sekalipun, dasarnya bukan hanya suka atau tidak suka kepada seseorang. Tidak hanya sekedar melihat asal muasal, kekayaan dan pamrih dari si pemimpin. Kita harus memperhatikan kepribadiannya. Kepribadian ini dapat dilihat dari sikap, keberanian, konsep, ilmu dan akhlaknya. Nabi SAW bersabda :

“Manusia itu menurut agama pemimpinnya.” (HR. Ibnu Majahi)

Yakni, orang-orang yang dipimpin atau masyarakat sangat tergantung pada pemimpinnya. Akhlak dan sikap pemimpin akan menentukan akhlak dan sikap orang-orang yang dipimpinnya. Jika pemimpinnya berakhlak baik, niscaya orang-orang yang menjadi bawahannya pun akan berakhlak baik pula. Jika pemimpinnya mampu menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, niscaya orang-orang yang menjadi bawahannya pun turut demikian.

Namun ingatlah saudara-saudaraku, pemimpin yang adil tidak akan terwujud manakala tidak memperoleh dukungan dari orang-orang yang ikhlash, berani dan cerdik. Sebab adakalanya kejahatan justru dapat mengalahkan kebenaran. Kejujuran saja tidak cukup, melainkan juga harus disertai kecerdikan dan keberanian supaya tidak tertipu daya oleh berbagai macam godaan yang menyeret pemimpin ke dalam kedzaliman.

Oleh sebab itu, diantara sifat pemimpin yang adil adalah pemimpin yang berani memisahkan yang haq dan bathil (yang benar dan salah). Inilah yang dilakukan oleh Khalifah Umar ibn al Khatab ra. Dengan kekuatan dan keberaniannya, orang-orang yang akan berbuat curang di dalam pemerintahan takut terhadapnya dan masyarakat merasa dilindungi. Keberanian ini tumbuh karena Khalifah Umar bin Khatab ra takut kepada Allah SWT. Sebaliknya jika tidak takut kepada Allah SWT; maka yang terjadi adalah lupa diri dan sombong.. Dan ketahuilah saudara-saudaraku, bahwa setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.

Pilar yang Ketiga adalah kedermawanan orang-orang kaya. Di dalam kekayaan itu terdapat keharusan berbagi dengan sesama. Kepedulian diperlukan agar orang-orang yang membutuhkan, terutama fakir miskin dapat memperoleh kesejahteraan, dan memiliki martabat yang setara diantara sesama manusia. Orang kaya ibarat “Bendahara Tuhan,” yang harus membelanjakan hartanya untuk kemaslahatan ummat. Jika orang-orang kaya bersifat boros dan menghambur-hamburkan kekayaannya untuk kepentingan diri sendiri atau hawa nafsunya, niscaya akan makin banyak orang-orang yang terlantar, tidak berpendidikan, dan tidak hidup layak diantara sesama manusia.

Pilar yang Keempat adalah do’a orang-orang fakir. Ketabahan dan kesabaran orang-orang fakir akan menuntun masyarakat ke dalam rasa saling memahami dan tolong menolong, serta mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan tercela. Dan karena kebaikan-kebaikan para pemimpin, para cerdik pandai, ulama, dan orang-orang kaya itulah; orang-orang miskin berdo’a agar kita semua memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat. Jika tidak, mereka tidak akan mendoakan kebaikan, melainkan justru akan melaknat dan mengutuk.

Hidup ini, tidak lain hanyalah agar kita bersama-sama bisa membangun masyarakat yang lebih baik. Dan sesungguhnya kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya. Kita akan datang ke alam akhirat bukan karena kedudukannya, tetapi karena amal ibadahnya, sebagaimana firman-Nya :
"Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya" )Q.S.17:21)

Mudah-mudahan dengan tuntunan Allah dan Rasulullah SAW, kita bersama-sama dapat memahami kedudukan masing-masing di dalam masyarakat baik sebagai pemimpin, ulama, orang kaya ataupun dhu'afa, sehingga masyarakat dapat hidup dengan aman dan tenteram; adil dan makmur. Amin ya Rabb al 'alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar