Senin, Juni 08, 2009

Anak-anak Ibarat Pohon yang Ditanam Orangtua

Marilah kita bertaqwa dan tunduk kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

Anak yang bijak mendatangkan suka cita kepada orangtuanya, tetapi anak yang bebal dan durhaka adalah duka bagi orangtuanya.

Apa yang diharapkan dari seorang penanam pohon ? Tentu saja buahnya. Betapa gembiranya manakala pohon yang ditanam berbuah lebat dan harum baunya. Sebaliknya, betapa sedihnya manakala pohon yang ditanam itu dililit benalu, tumbuh kerdil dan tidak berbuah. Karenanya si penanam harus menghilangkan hama dan penyakitnya.

Anak-anak adalah pohon kebenaran. Anak-anak adalah pohon yang bibitnya berasal dari Allah agar menjadi hiasan dunia yang indah. Dan orangtualah penanamnya. Setiap ranting yang tidak berbuah, dipotongnya dan setiap ranting yang berbuah dibersihkan supaya lebih banyak berbuah.

Anak-anak dapat dibersihkan dengan firman Allah. Orangtua harus membuat anak-anak dalam kasih sayang dan jalan Tuhan. Sama seperti ranting; tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri kalau ia tidak tinggal pada batang pohonnya. Demikian pula anak-anak, tidak bisa berbuah jika ia tidak menempel pada firman Allah. Firman Allah adalah batang pohon, dan anak-anak adalah rantingnya.

Barangsiapa tinggal di dalam Allah, ia akan berbuah banyak. Sebab tanpa petunjuk Allah, berarti manusia berada di luar Allah. Jika anak-anak tidak hidup dalam firman Allah, mereka akan makin tersesat dan rusak hidupnya.

Barangsiapa tidak tinggal di dalam Allah, ia dibuang seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

Tinggal di dalam Allah berarti menerima firman-firman Allah sebagai hidupnya. Karenanya ia tunduk dan menjalankan perintah-perintah Allah. Ia menjalankan hidupnya dengan Allah. Dalam hal inilah anak-anak yang kita tumbuhkan, yaitu jika anak-anak itu berbuah banyak, maka orangtua akan bahagia. Anak-anak yang menjadi hamba Allah, adalah anak-anak yang tumbuh dengan firman Allah.

Allah telah menetapkan bahwa anak-anak adalah ujian.

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar."

Firman Allah ini mengingatkan kita semua bahwa anak-anak merupakan ujian bagi setiap keluarga. Artinya, keluarga, masyarakat bangsa dan Negara dapat celaka ataupun bahagia karena anak-anaknya, tergantung bagaimana orangtua mendidik anak-anaknya. Bahkan di sisi lain, Allah juga menyebut adanya ujian dari isteri-isteri dan harta benda. Hal ini menunjukkan bahwa tidak setiap apa yang kita miliki dapat membahagiakan dan menyelamatkan hidup. Sebagian diantara mereka justru menjadi musuh dan menyesatkan.

Allah SWT berfirman dalam surat At Taghabun, ayat 13 dan 15 yang artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Firman ini menjelaskan bahwa :
Pertama, isteri-isteri yang durhaka kepada Allah tentu saja tidak akan membahagiakan dan menyelamatkan hidup. Justru akan menjadi musuh. Tidak sedikit perbuatan-perbuatan jahat yang dilakuan seorang ayah atau suami dilandasi karena tuntutan isteri. Seorang suami yang tunduk pada tuntutan isteri-isterinya, sangat mungkin terjerumus dalam kesesatan. Namun jika isteri-isterinya adalah perempuan-perempuan yang salihah yang senantiasa tunduk kepada perintah Allah, maka hal-hal buruk tidak mungkin terjadi.

Kedua, harta benda yang tidak dimanfaatkan untuk kebaikan tidak akan mampu menyelamatkan hidup kita di hadapan Allah kelak di hari kiamat. Sebaliknya harta benda yang dibelanjakan dalam ketaatan kepada Allah seperti Zakat, Infak dan Sedekah, niscaya akan menyelamatkannya dari api neraka.

Ketiga, Anak-anak yang tidak taat kepada Allah, juga akan menyengsarakan orangtua. Mereka sama sekali tidak dapat menyelematkan dan membahagiakan orangtua disebabkan kedurhakaan dan amal buruknya. Namun jika anak-anak hidup dalam firman Allah, niscaya ia akan mendo'akan dan membahagiakan orangtuanya.

Semua hal buruk yang disebabkan oleh isteri-isteri, anak-anak dan harta benda bisa saja terjadi apabila kita mengabaikan perintah-perintah Allah. Jalan keluar untuk menghindari hal-hal buruk ini adalah bertaqwa.

Taqwa kepada Allah memungkinkan kita mengatasi cobaan-cobaan isteri, anak-anak dan harta benda yang menjerumuskan ke dalam jurang kehancuran. Seperti halnya Nabi Ayub as yang hidup dengan isteri yang durhaka kepada Allah dan sangat memusuhi dirinya. Namun dengan ketaqwaan itu, Ayub as diselamatkan Allah dari kekufuran. Demikian pula Nabi Nuh as yang mengalami godaan dari kekufuran Kan'an anaknya serta Nabi Sulayman as yang mengalami cobaan dari kekuasaan dan harta bendanya.

Kesempurnanaan suka cita dan kegembiraan orangtua ada pada anak-anak Oleh karenanya semua hal buruk yang disebabkan oleh anak-anak ini harus kita perhatikan; agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang hidup dalam firman Allah; menjadi anak-anak shaleh, yang sedap dipandang mata dan menjadi contoh di dalam ketaqwaan. Inilah perintah Allah agar orangtua senantiasa mengasihi, mendidik dan mempersiapkan anak-anak dengan sebaik-baiknya.

Pewarisan yang baik dari orangtua harus diikuti dengan pelatihan yang seksama serta pembentukan kebiasaan yang benar. Allah memerintahkan agar orangtua membuat anak-anak mereka mengerti akan kewajiban-kewajiban terhadap Allah. Ketetapan Allah adalah mendidik anak-anaknya dengan pendidikan agama. Inilah hal pertama yang dilakukan di dalam sekolah para Nabi, yakni membuat anak-anak mengerti kewajiban-kewajibannya kepada Allah sebagai benteng terhadap penyelewengan yang semakin merajalela. Pemahaman anak-anak terhadap kewajiban Ilahi ini berguna untuk menyediakan kesejahteraan rohani dan moral bagi anak-anak.
Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih yang diberikan orangtua kepada anak-anaknya. Tidak ada kegembiraan yang lebih sempurna daripada melihat anak-anak tunduk patuh kepada Allah dan rasulNya.

Anak-anak adalah pohon yang kita tanam. Jika ia berbuah kebajikan, tentu membahagiakan keluarga, masyarakat bangsa dan negara. Untuk meningkatkan kemakmuran bangsa, menyiapkan para pemimpin dan pembimbing yang mantap; kita memerlukan orang-orang muda atau anak-anak yang shaleh, cerdas, tekun belajar dan giat bekerja. Kita perlu mendorong agar anak-anak memanfaatkan waktu untuk belajar agama di masjid, mushalla, TPQ ataupun di dalam rumah. Jangan biarkan anak-anak tercemari oleh dosa-dosa dari keluarga ataupun masyarakat. Ketahuilah, masa depan kita tergantung kehidupan anak-anak sekarang. Semoga keluarga kita mendapatkan rahmat Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar