Senin, Juni 08, 2009

Memperingati Tahun Baru

Beberarpa hari lagi kita akan sampai pada awal tahun hijriah. Oleh karena itu, marilah kita memperhatikan firman Allah SWT dalam surat Al Hasyr, ayat 18-19.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik."

Dalam ayat tersebut ada dua hal yang harus sangat diperhatikan :
Pertama : Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah. Yaitu, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Ini artinya, setiap orang Islam yang telah membaca dua kalimat syahadat, harus tetap menjaga keyakinannnya terhadap Allah, para Rasul, para malaikat, kitab Allah, adanya hari akhir, qadha dan qadar Allah.

Keimanan ini akan menjadikan kita meyakini apa-apa yang diperintahkan Allah, takut kepada Allah dan tumbuh harapan yang kuat atas ridha Allah. Tanpa perasaan takut terhadap Allah, kita tak akan bersedia melaksanakan perintah-perintah Allah. Demikian pula tanpa harapan atas ridha Allah, kita menganggap ibadah kita menjadi sia-sia. Padahal, di dalam firmaNya Allah telah seringkali menyatakan akan memberikan pahala di akhirat kepada hamba-hambaNya yang beribadah. Sebaliknya akan memberikan siksa yang sangat pedih kepada hamba-hambaNya yang durhaka.

Dan ketahuilah bahwa iman harus dibuktikan dengan amal shalih. Apabila iman hanya di bibir saja, sedang hati dan perbuatannya tidak sesuai dengan iman; maka kita termasuk golongan orang-orang munafik. Dan Allah akan memasukkan orang-orang munafik ke dalam neraka yang paling hina.

Oleh karena itu janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik."
Kedua : Memperhatikan masa lalu demi hari esok. Artinya, orang-orang yang beriman harus memperhatikan apa yang telah dilakukannya pada hari-hari kemarin dan hari ini, agar hari esok lebih baik lagi. Orang-orang yang beriman harus memperhatikan apa yang dilakukannya di dunia sebagai bekal kelak di hari akhirat. Sebab, hari esok atau masa depan yang sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman adalah kehidupan di hari akhirat.

Oleh karena itu, apa yang terjadi jika amal ibadah kita di dunia ini tidak mencukupi sebagai bekal perjalananan ke akhirat. Ibarat orang yang bepergian jauh, kita harus tahu arah, tujuan dan memiliki bekal yang cukup agar kita tidak tersesat dan kekurangan. Demikian pula agar kita mendapatkan kemudahan di akhirat kelak, tentu kita harus mempersiapkan bekal yang sebanyak-banyaknya di dunia ini. Sebab di dunia inilah satu-satunya kesempatan untuk mencari bekal. Waktu yang telah kita lewati, tidak dapat terulang lagi, apalagi jika kematian sudah menghampiri kita. Penyesalan apapun akan sia-sia apabila kita sudah berhadapan dengan Hari Penghitungan (Yaum al Hisab) di akhirat.

Hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah tidak lain adalah agar kaum muslimin mendapatkan kebaikan-kebaikan dan dapat melaksanakan ibadahnya dengan tenteram. Oleh karena itu, hijrah memberi makna kepada kita untuk selalu berubah dari keadaan yang kurang baik menuju keadaan yang lebih baik; dari kemalasan menuju kesungguhan; dari kebodohan menuju pembelajaran; dari permusuhan menuju persaudaraan; dari kebencian menuju kasih sayang; dari kehancuran menuju keselamatan; dari kemiskinan menuju kesejahteraan dan dari kemaksiatan menuju ketaatan. Nabi Muhammad SAW bersabda :

“ Orang yang sempurna Islamnya adalah orang yang menyelamatkan orang Islam lainnya dari gangguan lidah dan tangannya. Dan orang yang berhijrah sebenarnya adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah.” (HR. Bukhari).

Dalam hadist tersebut ada dua hal yang patut diperhatikan :
Pertama, menyelamatkan orang Islam. Secara luas mengandung makna, setiap orang Islam tidak boleh berpangku tangan melihat apapun yang membahayakan kehidupan ummat Islam. Sehingga apabila ada orang Islam yang tidak aman, terganggu dari lidah dan tangan (ditimpa kedzaliman), maka seudah seharusnya, setiap orang Islam mesti saling membantu dan memperkuat agar ummat Islam terbebas dari marabahaya.

Kedua, meninggalkan larangan Allah. Berarti setiap orang Islam harus bersungguh-sungguh dalam melakukan amal shalih dan amal kebajikan, sebab hanya dengan amal kebajikan/amal shalih itulah, segala larangan Allah dapat ditinggalkan. Setiap saat pula, orang Islam dituntut menuju kebaikan dan selalu meningkatkan kebaikannya. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Apabila hari ini amal-amal kita lebih buruk dari hari kemarin, maka sesungguhnya kita termasuk orang-orang yang rugi dan sangat celaka.

Dengan demikian, orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan segala macam keburukan di dalam dirinya. Hijrah membuktikan iman dan harapan akan kehidupan yang lebih baik. Orang yang berhijrah berbeda dengan kaum munafik yang beriman kepada Rasulullah, namun di belakang; hati dan perbuatannya memusuhi Allah dan rasul-Nya.

Maka, di dalam momentum hijrah Rasul ini, marilah kita berusaha agar kita mendapatkan barakah Allah. Rasulullah bersabda :

"Orang yang cerdas adalah orang yang mawas diri dan beramal untuk hidup sesudah mati (HR. Turmudzi)."

Mudah-mudahan kita senantiasa mendapat bimbingan Allah SWT untuk menempuh jalan lurus dan dapat meningkatkan amal ibadah kita. Ya Allah, tampakkanlah bulan tanggal satu itu kepada kami dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan Islam serta mendapat taufik untuk menjalankan apa yang Engkau senangi dan ridha. Tuhan kami dan Tuhan-mu adalah Allah (HR. Turmudzi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar