Senin, Juni 08, 2009

Menyelamatkan Anak-anak dari Kehancuran

Ketika kita mendapat rezeki berupa kesehatan, panjang umur, dan panen yang melimpah, kita pun bersuka cita. Pendek kata, ketika kita mendapatkan segala sesuatu yang menguntungkan, sudah pasti kita bersuka cita. Namun tidak ada suka cita yang lebih besar daripada mengetahui anak-anak kita hidup dalam kebenaran.

Orangtua adalah orang kepercayaan Allah dimana segala perbuatan dan tindak tanduknya ditujukan untuk kesejahteraan dan keselamatan anak-anaknya. Melalui anak-anak yang dititipkan Tuhan, orangtua mengabdi kepada Allah. Karenanya, anak-anak akan memberikan kesaksian di hadapan Allah tentang amanat yang Allah yang dipikulnya.

Anak-anak yang patuh kepada orangtua dan berbuat sesuai dengan jalan keselamatan Allah, sungguh merupakan karunia yang sangat besar. Betapa sedihnya orangtua manakala anak-anak tidak lagi bersilaturrahmi dengan saudara-saudaranya. Betapa gundahnya hidup manakala anak-anak menyiksa batin orangtua dengan kedurhakaannya.

Nabi Nuh memiliki pengalaman pahit ketika Kan'an, anak laki-lakinya tidak beriman kepada Allah. Pada akhirnya, Nabi Nuh diperintahkan Allah membiarkan Kan'am tersesat dan ia tidak dapat diselamatkan dari bencana yang ditimpakan Allah berupa air bah. Nabi Nuh telah berusaha sungguh-sungguh agar Kan'an terselamatkan. Namun iblis lebih menguasai hati Kan'am sehingga ia menolak dan membantah ajakan ayahnya mengikuti jalan keselamatan.

Kehilangan iman anak-anaknya merupakan bencana besar. Segala sesuatu yang dimiliki orangtua sama sekali tidak berguna manakala anak-anaknya berada dalam jurang kebinasaan dan kekafiran. Oleh sebab itu, terkadang orangtua mengambil keputusan untuk tidak mengakui anak-anaknya yang berada dalam kesesatan dan tidak lagi mau diajak dalam ketaqwaan.

Janganlah kita menyangkal amanat Allah ini. Anak-anak yang berbuat baik, berarti ia mendapatkan jalan Allah, dan anak-anak yang berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah.

Anak-anak boleh saja tidak pulang ke rumah, namun orangtua harus berani mengingatkan bahwa ia akan pulang ke hadirat Allah. Apakah kita tega membiarkan anak-anak kembali ke hadirat Allah tanpa bekal sedikitpun, sehingga ia terlunta-lunta di akhirat ? Meskipun hidayah datangnya dari Allah, namun orangtua mesti berusaha sungguh-sungguh agar anak-anak hidup dalam iman dan taqwa. Allah SWT berfirman dalam surat Al Qashash, ayat 56.

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."

Ada dua bekal yang terbiak, yaitu ilmu dan budi pekerti.
Tanpa ilmu dan budi pekerti, berarti orangtua meninggalkan anak-anak dalam belenggu abadi dunia dan hawa nafsu. Meninggalkan harta benda, juga baik, namun tanpa ilmu dan budi pekerti harta benda tersebut akan merusak dirinya disebabkan ia tidak dapat menundukkan harta bendanya, melainkan menjadi budak dari harta bendanya. Dan dalam belenggu dunia inilah, anak-anak sering hanya mengejar mimpi-mimpi yang ditawarkan iblis seperti percabulan, narkotika, miras dan pencurian. Meskipun mereka mendapatkan nikmat sesaat, namun mereka sesungguhnya menanggung siksaan abadi.

Berbagai kejadian di sekitar kita cukup memberi peringatan bahwa semakin longgar kendali keluarga dan masyarakat, semakin meningkatkan kehancuran hidup anak-anak. Banyak anak yang mencemarkan tubuh mereka dan menghina kekuasan Allah serta melecehkan semua kemulian syurga. Mereka menghujat dan melecehkan segala sesuatu yang diperintahkan Allah seraya menuruti hawa nafsunya seperti binatang yang tidak berakal.

Allah SWT berfirman dalam surat Al A'raf, ayat 179 yang artinya :.
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."

Anak-anak yang tersesat inilah noda dalam amanat Tuhan pada kita. Mereka tidak malu melawan orangtua dan Tuhan. Mereka hidup dengan menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan. Mereka bagaikan awan, yang berlalu ditiup angin. Mereka bagaikan pohon-pohon dalam musim gugur yang tidak menghasilkan buah. Mereka bagaikan pohon-pohon yang terlepas dari akar-akarnya dan mati sama sekali. Anak-anak yang tak beriman dan bertaqwa bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan semua aib ke seluruh dunia. Dan mereka bagaikan bintang-bintang yang kelam selama-lamanya; tidak sedikitpun dapat menyinari dunia.

Sungguh celaka manakala anak-anak mengikuti jalan iblis dan karena cobaan-cobaan iblis; mereka menceburkan diri ke dalam kesesatan. Siapakah yang dapat menyelematkan generasi ini ? Tidak ada lain semua berawal dari kekuatan keluarga di dalam do'a dan perencanaan supaya anak-anak tetap beriman dan bertaqwa. Sekolah dan masyarakat tidak mampu melayani iman dan taqwa anak-anak dengan sempurna.

Marilah kita memelihara diri dan keluarga dalam kasih dan ampunan Allah sambil menantikan rahmat Allah untuk hidup yang kekal. Tunjukkanlah belas kasihan dan penyelamatan kepada anak-anak yang ragu-ragu akan Allah Yang Maha Kuasa. Selamatkanlah anak-anak dengan jalan merebutnya dari kuasa iblis yang menjerumuskannya ke dalam kesengsaraan dan siksa api neraka. Marilah kita tunjukkan belas kasihan kepada anak-anak sambil membersihkan pakaian mereka yang dicemari oleh dosa-dosa.

Tegakkanlah iman dan taqwa pada anak-anak kita. Berilah pendidikan yang menjadikannya pandai, mengerti kebenaran, keadilan dan kejujuran, cerdas dan pengalaman, pengetahuan dan kebijaksanaan, kecerdikan dan perasaan agar anak-anak mengetahui iman dan tunduk pada hukum-hukum Tuhan serta makna kehidupan. Cegahlah anak-anak dari menuruti bujukan orang-orang yang berdosa. Barangsiapa mengindahkan pendidikan, dia menuju jalan kehidupan. Dan barangsiapa yang mengabaikan nasehat, ia akan tersesat.

Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar