Senin, Juni 08, 2009

Kewajiban Bekerja

Setiap makhluk Allah mendapatkan rezeki, bahkan mahkhluk yang tidak berakal pun mendapatkan rezeki dari Allah SWT, apalagi manusia yang memiliki akal, tenaga, nafsu dan pikiran. Perhatikanlah bagaimana binatang-binatang seperti nyamuk, semut, ular, kalajengking dan sebagainya. Mereka semua memperoleh rezeki dari Allah. Allah SWT berfirman dalam surat Al Ankabut, ayat 60.

"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Setiap orang, wajib mencari rezeki yang telah disebarkan Tuhan. Tidak akan sempurna ibadah seseorang manakala tidak bekerja di dalam dunia. Dengan kewajiban ini, Allah menunjukkan bahwa jika manusia tidak mencari rezeki, maka ia tidak akan menemukannya. Jika tidak menanam, maka kita tidak akan memanen. Dan janganlah merasa bahwa apa yang diperoleh di dunia ini semata-mata karena usaha kita, sebab sesungguhnya Allah Maha Menghendaki dan Berkuasa atas makhlukNya.

Di dalam kisah Nabi Isa as disebutkan ada seorang nelayan yang putus asa karena berkali-kali menebarkan jaring namun tidak mendapatkan ikan. Rasulullah Isa as mengajarkan agar selalu yakin dengan pemberian Tuhan, dan juga menyarankan agar tidak mencari ikan di satu tempat. Dengan bantuan iman dan do'a, setelah menebar jaring berkali-kali akhirnya, nelayan mendapatkan ikan.

Apa yang ada pada kehidupan rasulullah ini menunjukkan dengan jelas kewajiban mencari rezeki tanpa harus berputus asa. Para Rasul mengajarkan agar kita senantiasa yakin dengan pemberian Allah. Janganlah kita menentukan Allah harus berbuat sesuatu kepada kita, namun biarlah Allah menentukan apa yang akan diberikan kepada kita. Kewajiban manusia adalah berusaha dengan akal pikiran dan tenaga supaya Allah berkenan memberi kepada kita.

Para Nabi adalah orang paling tunduk dan patuh dengan ketentuan Allah SWT. Sebagai contoh, Nabi 'Isa bekerja sebagai tukang kayu dan para sahabatnya ada yang bekerja sebagai tukang membuat tenda. Mereka bekerja dengan semangat yang tinggi, sebab di kalangan Bani Israil diajarkan bahwa "menganggur adalah sebuah kejahatan," sehingga pekerjaan remeh apapun tetap dikerjakan sepanjang tidak melanggar syari'at Allah.

Setiap manusia, sekalipun seorang Nabi tidak mengharapkan rezeki turun begitu saja dari langit. Dengan tindakan ini, para Rasul menyadarkan manusia bahwa barangsiapa yang tidak bekerja jangan berharap apapun dan jangan menuntut upah.

Banyak sedikitnya hasil yang diperoleh, merupakan kuasa dan kehendak Allah. Meskipun demikian, tidak boleh meninggalkan ketaqwaan kepada Allah. Para rasul mengetahui apa yang menempatkan manusia di syurga dan neraka. Oleh karenanya para Rasul akan memerintahkannya jika sesuatu hal itu menempatkan manusia di syurga. Sebaliknya akan melarang jika sesuatu itu menyengsarakan dan menempatkan manusia di neraka.
Rasulullah SAW bersabda :


"Janganlah lambat rezeki membuatmu mencarinya dengan jalan makshiat kepada Allah, karena sesungguhnya Allah tidak menerima apa yang dicarinya dengan makshiat kepada Allah " (HR. Al Hakim).

Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah
Beberapa firman Allah menuntun manusia agar memenuhi apa yang dilarang oleh Allah SWT. Apa yang dilakukan oleh para rasul dan salafussalih merupakan teladan nyata bagi kita semua. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang tekun beribadah dan selalu mendekat dengan Allah, namun mereka tidak mengabaikan urusan mencari nafkah yang halal. Semua ini dimaksudkan agar hati tidak terkotori oleh keserakahan, angan-angan dan gila dunia. Sifat-sifat inilah yang akan menimbulkan perilaku senang merampas hak orang lain. Apa jadinya jika orang bekerja dengan saling merampas ?
Rasulullah SAW bersabda :

"Mencari rezeki yang halal, wajib bagi setiap orang Islam."


"Sesungguhnya makanan yang paling baik bagimu adalah yang diperoleh dari hasil usahamu, dan sesungguhnya makan yang terbaik bagi anak-anakmu adalah dari hasil usahamu (HR. Ibnu Majah)."

Lukman al Hakim telah menasehati anaknya : "Wahai anakku, cukuplah dirimu dari fakir dengan usaha yang halal. Sesungguhnya orang yang fakir akan ditimpa tiga hal : perbudakan dalam agamanya, kelemahan dalam akalnya dan kehilangan harga dirinya."

Umar ra berkata :"Janganlah salah seorang diantaramu menganggur seraya berkata Wahai Allah berilah kami rezeki. Padahal kamu sekalian mengetahui bahwa langit tidak menurunkan hujan emas dan perak."

Ibnu Mas'ud juga berkata :"Sesungguhnya saya benci melihat seorang laki-laki menganggur, tidak pada urusan dunianya dan tidak pada urusan akhiratnya."

Semua kisah dan ucapan orang-orang salih ini menunjukkan bahwa agama memerintahkan agar orang bekerja keras guna menjaga agama dan harga dirinya. Para salafussalih menganggapnya sebagai bencana dan kebodohan manakala kaum muslimin malas, tidak mau berusaha dan bekerja mendapatkan rezeki yang halal.

Kesempurnaan ibadah dicapai manakala kerja sebagai ibadah menjadi landasan kita semua. Jika kaum muslimin tidak memperhatikan masalah-masalah seperti pertanian, peternakan, perdagangan, kesehatan, industri dan sarana parasarana dunia lainnya, maka kaum muslim akan berada dalam kelemahan baik keluarga, masyarakat, agama maupun bangsa dan Negara. Karena akidah kaum muslimin lemah, akan tergleincir ke dalam kemaksiatan dan kekufuruan.

Oleh karena itu, kaum muslimin harus memperkuat agama dan iman serta meningkatkan harkat dan martabat hidup keluarga, masyarakat bangsa dan negara. Allah berfirman :
"Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (Q.S. Hud:6).

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan susah, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan penindasan orang-orang dzalim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar