Senin, Juni 08, 2009

Jalan Menuju Kesejahteraan

Marilah bertaqwa karena sebagai hamba Allah, kita wajib menempuh jalan taqwa agar kehidupan kita mendapat ridha Allah. Diantara ketaqwaan itu ialah kita bekerja dengan sungguh-sungguh agar membawa kebaikan bagi sesama manusia.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Jumu'aj, ayat 10.

"Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung".

Ada lima syarat yang harus dipenuhi oleh seorang muslim di dalam bekerja.
Pertama: niat, yaitu setiap pekerjaan akan bernilai ibadah jika disertai niat ikhlas semata-mata melaksanakan perintah Allah. Seorang petani misalnya, bekerja supaya memperoleh hasil, yang mana hasil pertanian itu dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan menjadi sarana beribadah kepada Allah.

Kedua : perkara yang dikerjakan harus sah. Karena melaksanakan perintah Allah, maka seorang petani tidak menanam tanaman yang tidak sah dan halal menurut syari'at Islam ataupun hukum Negara.

Ketiga : cara. Cara memperoleh hasil dilakukan dengan tidak melanggar hukum seperti menipu, mencuri dan sejenisnya.

Kempat : natijah, yaitu hasilnya dipergunakan untuk kebaikan. Ketika seseorang berhasil di dalam usahanya, Allah SWT menetapkan agar jerih payahnya dinafkahkan di jalan Allah untuk mendapatkan pahalaNya, seperti mencukupi kebutuhan keluarga dan membantu fakir miskin serta tidak dipergunakan untuk kemaksiatan. Perintah ini mengarahkan kita mengelola hasil-hasil usaha secara tepat guna (efektif). Jangan sampai apa yang diusahakannya dengan susah payah tersebut hasilnya justru merugikan diri sendiri dan masyarakat karena tidak dipergunakan untuk menambah ketaqwaan.

Kelima : tidak meninggalkan ibadah pokok (fardhu ain): Dalam kesibukan usaha baik itu dalam perdagangan, kantoran, buruh, mencari ilmu, pertanian dan lainnya, tidak boleh meninggalkan ibadah pokok seperti shalat lima waktu. Tidak pula melupakan ibadah lain seperti zakat, infak, sedekah, shalat sunnat, shalat berjmaah, membaca Al Qur'an dan sebagainya.

Allah memerintahkan agar kita bekerja keras. Kerja keras dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh agama, Insya Allah akan membawa kita pada kesejahteraan. Namun janganlah kita mengukur kesejahteraan itu semata-mata dengan banyaknya hasil yang diperoleh. Karena kesejahteraan sesungguhnya bersumber dari kemampuan kita menerima pemberian Allah seraya mempergunakan karunia Allah untuk kemaslahatan.

Dengan bekerja sesuai ketentuan syari'at, berarti tidak merugikan orang lain dan senantiasa ditujukan sebagai pengabdian kepada Allah sehingga kita akan merasa tenteram dan dapat menjaga kebaikan hidup bersama. Imam 'Ali bin Thalib menyatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang suka bekerja dan tidak merugikan sesamanya. Artinya, kesejahteraan bersama, tidak bisa ditempuh tanpa disiplin, kerja keras dan niat baik.

Orang yang beriman juga adalah orang yang sungguh-sungguh yakin terhadap Allah, sehingga orang yang beriman senantiasa bekerja dengan baik dan tidak merugikan orang lain. Oleh karena itu jagalah kemampuan dan kekuatan itu untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Janganlah mempergunakan kekuatan untuk kedzaliman.
Rasulullah SAW bersabda :

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang mukmin yang bergerak/bekerja (HR. Thabrani)." Dalam sabdanya yang lain disebutkan :

" Barangsiapa yang mencari dunia dengan cara halal untuk menjauhkan dirinya dari mengemis, menjaga harga diri keluarganya dan berbelas kasih kepada tetangga (sesama), maka ia akan bertemu Allah dan wajahnya bersinar seperti bulan purnama (HR. Baihaqi).

Allah SWT memerintahkan agar tidak melanggar batasan-batasan Allah. Jika manusia melanggar, pasti manusia akan seling merusak dan kehidupan akan diliputi dengan permainan kotor. Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa, ayat 13 yang artinya :

"(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar."

Firman Allah ini menyatakan dengan jelas akibat melampaui batas.
Pertama, jika melampaui batas, maka kita tidak akan mendapatkan syurga atau kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat. Tindakan yang melanggar aturan, hukum dan perasaan manusia, pada akhiranya akan menyengsarakan kehidupan bersama.

Kedua, Jika semua orang bertindak melampaui batas dan kemudian menjadi budaya masyarakat, maka kita tidak bisa mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Sebaliknya kehidupan kita akan dipenuhi dengan masalah-masalah kemasyarakatan yang sulit diatasi, sehingga tenaga, pikiran, dan kekayaan kita habis untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi.
Marilah kita berusaha sungguh-sungguh agar kehidupan ini semakin baik. Janganlah kita mementingkan diri sendiri dengan menghancurkan kehidupan bersama. Setiap perbuatan yang melampaui batas, tidak saja berakibat pada diri sendiri, melainkan pada seluruh kehidupan masyarakat. Ingatlah akan negeri Saba' yang makmur, namun dihancurkan Allah karena disebabkan perbuatan-perbuatan manusia.

Dan marilah kita memperhatikan batasan-batasan ataupun aturan-aturan. Apabila nilai-nilai moral yang menjamin kehidupan bersama dijaga dan dilaksanakan serta orang bekerja sesuai dengan hukum yang berlaku, maka Allah akan menganugerahi kesejahteraan dan ampunan.
"Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar