Selasa, Juni 09, 2009

Kewajiban Menjaga Kelestarian Lingkungan

Marilah kita bertaqwa kepada Allah, dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Diantara bukti ketaqwaan kita adalah berbuat baik kepada sesama makhluk Allah.

Manusia menanggung amanat Allah sebagai pengelola alam semesta. Amanat Allah ini diberikan kepada manusia, karena manusia merupakan makhluk Allah yang diberi karunia akal, nafsu dan kenabian. Dengan akal, nafsu dan kenabian inilah manusia mampu mengelola alam semesta ini.

"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (Q.S.Al Ahzab:72)."

Ketahuilah saudara-saudaraku, amanat adalah kepercayaan dimana manusia yang diamanati bertanggungjawab terhadap amanatnya. Jika menyalahgunakan kepercayaan yang diembannya ini, manusia akan menerima sanksi, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, jika amanat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka Allah akan memberinya ganjaran di dunia dan akhirat.

Dalam melaksanakan amanat, kita mengenal istilah "halal dan haram" yang bertujuan agar penyakit keserakahan manusia terhadap harta benda dan kekayaan alam dapat dikendalikan sendiri oleh orang yang bersangkutan. Jika seseorang terbebas dari hukum di dunia, ia tidak akan terbebas dari sanksi moral di dalam hati nuraninya sendiri dan tentu saja hukuman di akhirat.

Azas-azas agama seperti amanat, halal-haram, larangan terhadap nafsu serakah, tidak berlebih-lebihan dalam memanfaatkan harta, merupakan tata krama atau etika lingkungan. Dan sudah saatnya kita mengambil nilai-nilai agama dalam kebijakan mengenai lingkungan hidup kita. Ketahuilah, akal dan hawa nafsu tidak cukup untuk membangun lingkungan hidup kita. Sebab manakala akal dan nafsu manusia keluar dari bimbingan Allah dan RasulNya, sudah pasti kemampuan dan kekuatan yang dimikili manusia tidak akan mensejahterakan, melainkan menyengsarakan kehidupan manusia,

Tata krama lingkungan yang disertai dengan keyakinan terhadap pahala dan siksa Allah, akan sangat berguna bagi pembangunan lingkungan hidup kita. Tanpa merasa takut kepada Allah, hati dan pikiran kita tidak akan tunduk kepada Allah. Akibatnya, manusia berbuat menurut akal dan hawa nafsunya. Perhatikanlah berapa banyak kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh hawa nafsu manusia. Tanah yang semula subur, kini sudah tidak subur lagi, sehingga produktivitasnya menurun. Ratusan ribu hektar bahkan jutaan hektar hutan gundul, dan hanya dinikmati oleh segelintir orang. Sungguh bencana yang luar biasa bagi kehidupan bersama, manakala kita tidak segera merubah perilaku kita.

Di dataran tinggi Dieng misalnya. Seorang petani yang memiliki lahan satu hektar, pada tahun 80-an, dapat memanen 10-15 ton kentang. Namun sekarang hanya berkisar 8-10 ton. Dan sekarang, kesuburan tanah harus dipacu dengan pupuk kimiawi. Akibatnya semua tanaman bergantung pada sedikit banyaknya pupuk kimiawi. Keadaan ini akan berakibat buruk pada generasi mendatang, dimana racun-racun kimiawi yang sudah terlanjur mencemari lingkungan, berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit.

Demikian halnya cuaca yang semula sejuk dan udara yang segar, sekarang sudah berubah menjadi panas dan gersang. Keadaan ini tidak ternilai kerugiannya. Untuk udara yang sejuk, kita bisa menggunakan AC, namun berapa banyak uang yang harus dikeluarkan. Sedangkan dari hutan, kita semua memperoleh udara segar secara gratis. Kita hanya perlu menjaga dan dan tekun menanam.

Jika kita tidak memperhatikan bencana-bencana yang Allah timpakan kepada kita semua, sudah pasti kita akan berbuat semaunya sendiri. Yang penting senang, kenyang dan menang. Tidak memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan sesama manusia, serta tidak memperhatikan kehidupan anak cucu kita di masa yang akan datang.

Saudara-saudaraku, ketahuilah nasib ummat yang terdahulu yang mendurhakai Allah. Kaum Tsamud dihancurkan dengan badai yang dahsyat; kaum Luth dihancurkan dengan banjir yang dahsyat; dan ummat-ummat lainnya yang ditimpa bencana kelaparan, penyakit serta peperangan. Ingatlah saudara-saudaraku, Allah akan membalas setiap amal perbuatan manusia.

"Maka mereka ditimpa akibat buruk dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri (Q,S, Azzumar:51)."

Akibat buruk ini mengandung dua pemahaman.
Pertama, akibat buruk tidak hanya menimpa orang dzalim saja. Hal ini karena di dunia ini berlaku hukum alam, di mana setiap kebahagiaan maupun kesengsaraan memiliki keterkaitan satu sama lain. Adanya penggundulan hutan, semua orang akan merasakan akibatnya. Padahal penggundulan hutan hanya dilakukan oleh segelintir atau sekelompok orang.

Kedua, akibat buruk yang hanya menimpa orang yang berbuat dzalim. Yaitu di akhirat saja. Orang-orang yang berbuat dzalim akan merasakan siksa Allah dikarenakan menyengsarakan hidup sesama makhluk Allah di dunia dan melawan Allah dengan perbuatan yang merusak itu. Allah berfirman dalam surat Asy Syura, ayat 22, yang artinya:

"Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. Dan orang-orang yang saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalah karunia yang besar."

Dengan firman ini, Allah mempertegas bahwa setiap perbuatan pasti akan membawa akibat. Jika perbuatan kita membawa kebaikan hidup, maka kehidupan akan menjadi semakin baik. Sebaliknya, jika perbuatan kita mencelakakan hidup, maka kehidupan manusia pun akan menjadi semakin buruk. Sesungguhnya setiap manusia menghendaki kehidupan yang lebih baik. Namun, terkadang akibat perbuatan sekelompok manusia, kita semua merasakan akibat-akibat buruk ini. Na'udzubillahi mindzalik.

Menyadari akibat-akibat buruk yang akan menimpa kita di dunia dan akhirat, marilah kita memahami tanggungjawab kita terhadap lingkungan hidup. Kita semua wajib menjaga lingkungan hidup agar kelangsungan hidup manusia dapat terjamin. Dengan memahami akhlak agama yang kita anut, niscaya kita akan berbuat sebaik-baiknya terhadap lingkungan kita. Sesungguhnya kebutuhan hidup manusia sangat tergantung dengan sumber-sumber alam. Demikianlah, mudah-mudahan kita selalu istiqamah di dalam menjaga kelestarian sumber alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar