Selasa, Juni 09, 2009

Larangan Memilih Orang Yang Menimbulkan Kerusakan

Marilah bertaqwa kepada Allah, yakni dengan senantiasa melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Ketahuilah, taqwa juga mengandung arti "menghindar" karena sesungguhnya orang yang bertaqwa berarti menghindar dari ancaman dan siksaan Allah.

Para sahabat Rasulullah SAW merupakan orang-orang yang sangat bertaqwa. Mereka berjuang menyuburkan iman dan taqwa pada masyarakat dari Jazirah Arab hingga ke seluruh dunia. Mereka memimpin masyarakat dengan iman dan taqwa dan amal shalih. Meskipun mereka memiliki kesempatan untuk mendapatkan kehormatan, kemuliaan, kekuatan, kekuasaan, harta benda dan segala macam kehebatan; namun mereka memilihi hidup bersama masyarakat dalam iman dan taqwa. Mereka bahkan mengorbankan jiwa-raga dan harta bendanya untuk menegakkan agama Allah. Sehingga, Allah SWT menganugerahi kehidupan yang adil, makmur sejahtera lahir bathin.

Sebagai contoh Salman al Farisi. Ia selalu mengajak rakyatnya untuk menjaga keimanan dan ketaqwaan. Ia selalu tegas di dalam menegakkan kebajikan dan mencegah kemungkaran. Dan dia sendiri adalah seorang yang bertaqwa. Ia selalu menangis sekiranya rakyatnya kelaparan, sehingga ia selalu memohon ampunan kepada Allah, padahal ia merupakan salah seorang 10 sahabat Rasulullah yang dijamin masuk syurga. Tokh, ia tetap merasa bersalah. Karena ketaqwaannya inilah Khalifah Umar bin Khath-thab memilihnya sebagai Gubernur Kufah.

Ia sama sekali tidak minta kekuasaan kepada Umar bin Khath-thab, namun Umar bin Khath-thab memberi kekuasaan kepadanya untuk memimpin rakyat Kufah. Karena 'Umar bin Khath-thab yakin hanya orang-orang yang beriman dan bertaqwa yang pantas mendapatkannya. Rasulullah SAW bersabda :

"Wahai 'Abbas, wahai paman Rasulullah, diri yang engkau selamatkan lebih baik daripada kekuasaan yang tak mampu engkau emban." (HR. Baihaqi).
Dan Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran, ayat 118 :


"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya."

Perintah ini dimaksudkan supaya kaum muslimin tidak tertipu oleh orang-orang yang kelihatannya baik, namun sesungguhnya merusak kehidupan ummat Islam. Karena sesungguhnya orang yang tidak beriman dan bertaqwa, tidak akan tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya, melainkan tunduk pada hawa nafsunya. Kepemimpinan dari orang-orang yang suka berbuat kerusakan ini, tidak lain hanyalah menyengsarakan ummat Islam. Diantara mereka terdapat orang-orang munafik yang pura-pura berbuat baik, mengaku-ngaku berbuat baik dan pura-pura berkasih sayang, padahal mereka melakukan kebohongan, mengingkari janji dan mengkhianati amanat.

Demikian pula kita jangan mengambil orang-orang yang suka berbohong, menipu, dan merusak masyarakat menjadi teman atau pemimpin di dalam kehidupan kita, baik dalam urusan-urusan duniawi maupun ukhrawi. Jika kita mengambil mereka sebagai teman atau pemimpin, maka kita akan menyesal sepanjang masa. Dan kita akan menanggung akibat-akibata kerusakan yang diperbuat oleh para perusak itu.

Allah menyatakan : "Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman"; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (Q.S.3:119).

Peringatan Allah ini berlaku dalam setiap keadaan. Tidak saja terbatas dalam kehidupan rumah tangga, namun juga dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. Keimanan dan ketaqwaan seharusnya menjadi ukuran mendasar bagi kita semua untuk menentukan orang-orang yang hendak mengemban amanat. Jangan sampai kita terjerumus ke dalam kedurhakaan kepada Allah dikarenakan hidup kita dipimpin oleh orang-orang yang durhaka kepada Allah alias mementingkan hawa nafsunya dan cenderung berbuat kerusakan.

Sebagai contoh seorang perempuan yang hendak bersuami misalnya, hendaklah memilih pria yang beriman dan bertaqwa. Demikian pula seorang pria yang hendak memilih seorang isteri, hendaklah memilih perempuan yang beriman dan bertaqwa. Sebab ketika seseorang mempercayakan kehidupan dunia dan akhirat kita kepada orang-orang yang cenderung berbuat kerusakan, sudah pasti kita akan mengalami kerugian di dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, hendaknya kita mendahulukan keimanan dan ketaqwaan di dalam memilih orang-orang yang akan kita jadikan pemimpin atau kita beri amanat untuk melaksanakan tugas kemasyarakatan, kebangsaan maupun kenegaraan. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari dikarenakan ketidakmampuan kita di dalam memilih atau memberikan amanat kepada orang lain.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, ingatlah, Allah akan mengazab kepada hamba-hambaNya yang melakukan kedurhkaan, sebagaimana dintakan dalam surat Al Isra', ayat 16-17.

"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya."
"Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya."
Maha Suci Allah, sekiranya kita mendengarkan dan melaksanakan tuntunan Allah ini, niscaya kita tidak akan tersesat dan kita akan memperoleh barakah dikarenakan teman atau pemimpin yang beriman dan bertaqwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar