Senin, Juni 08, 2009

Mempertanggungjawabkan Karunia Alam Semesta

Tanda-tanda alam berbicara kepada manusia tentang kasih sayang Allah. Kasih sayangNya itu nampak pada udara yang segar, pada setiap kelopak bunga, pada setiap helai rumput, pada pohon-pohon, pada makanan yang kita makan, pada keajaiban penciptaan manusia dan seluruh alam semesta yang berguna bagi kehidupan manusia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini menjadi saksi atas kehendak Allah untuk membuat manusia bertanggung jawab atas segala karunia Allah.

Maka marilah kita bertaqwa kepada Allah karena :
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah). (Q.S. Ibrahim, ayat 32-34.)

Semua yang diceritakan Allah dalam firman-firman ini merupakan kebenaran mutlak. Allah memberikan nikmat yang sangat mendasar bagi berlangsungnya kehidupan manusia, antara lain : langit, bumi, air, laut, sungai, matahari, bulan, dan segala keperluan manusia.

Meski alam semesta ini dipersiapkan untuk kehidupan manusia. Namun, janganlah kita menghendaki agar Tuhan selalu berkehendak seperti apa yang kita kehendaki. Jika terjadi hal-hal buruk yang menimpa manusia, tentu kita harus berpikir mungkin saja ada yang salah dalam pengelolaan itu.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Jatsiyah, ayat 13, yang artinya :
"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir."

Semua ini adalah nikmat-nikmat Allah yang tidak ternilai harganya. Jika kita harus membayar kenikmatan-kenikmatan itu, maka seluruh hidupnya pun tidak mencukupi untuk membayar "hutang" manusia kepada Allah. Namun, kenyataannya tidak demikian. Allah memerintahkan kepada kita untuk memanfaatkan karunia-karuniaNya bagi kehidupan seluruh manusia. Dan manusia diberi wewenang agar mengelola dunia dengan sebaik-baiknya supaya dapat mewujudkan tugasnya sebagai Khalifah Allah di muka bumi.

Marilah kita perhatikan bagaimana air hujan memberi harapan kepada kita semua dengan tumbuhnya tanaman-tanaman. Rumput yang hijau menjadi makanan ternak, dan tumbuh-tumbuhan mengolah udara kotor menjadi udara bersih sehingga udara yang kita hirup terasa segar. Kemudian tanaman para petani tumbuh subur serta menghasilkan buah-buahan dan bahan makanan lainnya yang dibutuhkan oleh manusia. Sekiranya kita merenungkan : "manakah nikmat Allah yang dapat kita sembunyikan ?". Tidak ada. Semuanya diberikan secara gratis oleh Allah SWT. Namun terkadang, hanya untuk mengucapkan hamdalah saja lidah kita terasa berat. Semua ini karena iblis merasuki hati kita dengan kesombongan.

Di dalam surat Ar Rahman Allah SWT berkali-kali menyebutkan nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada manusia. Diantaranya pada ayat 10-13.
"Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk (Nya)
di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.
Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.
Maka ni`mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? "
Sekalipun kita mengingkarinya, namun tidak satupun nikmat Allah yang bisa kita sembunyikan. Nikmat-nikmat Allah ini dapat kita lihat dan kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Alam semesta ini akan terus menjadi karunia Allah, manakala manusia bertindak dan bekerja sesuai dengan kehendak Allah.

Sebagai contoh adalah tanah.
Kesuburan tanah yang kita miliki merupakan anugerah yang luar biasa bagi kita. Tidak semua daerah dianugerahi dengan tanah yang sedemikian subur. Dengan kesuburan tanah ini, kita menghasilkan berbagai macam sayur mayur, padi, palawija dan berbagai macam hasil pertanian lainnya. Tidak ada yang bisa bertahan hidup tanpa adanya hasil-hasil bumi, khususnya bahan makanan. Jika produksi sedikit, sedangkan yang membutuhkan banyak, bolah jadi kita akan mengalami paceklik alias kekurangan bahan makanan.

Namun sebaliknya, manakala kita tidak memperlakukan tanah itu dengan baik, maka cepat atau lambat, tanah akan mengalami krisis dan berkurang kesuburannya. Yakni, tidak mampu menghasilkan bahan-bahan makanan secara maksimal. Bahkan terkadang, lapisan atas tanah yang paling subur, harus tergerus oleh erosi dan terbawa arus air akibat penggundulan hutan. Demikian juga bahan-bahan tambang yang ada di bumi. Semuanya ini merupakan karunia Allah yang apabila tidak diperlakukan dengan benar, justru akan menghancurkan hidup manusia.

Dari air hujan, semua jenis tanaman dapat tumbuh dan mengahasilkan buah. Sepandai apapun, manusia tidak bisa menciptakan air, tanah, dan udara. Maka ketika tanah, air dan udara telah rusak ataupun kotor, kehidupan pun akan terganggu.

Semua kerusakan alam semesta ini tidak terjadi dengan tiba-tiba, namun melalui proses yang diperbuat oleh manusia. Sehingga manakala terjadi bencana, semua orang pun ikut merasakan akibatnya sebab manusia dengan alam ini sesungguhnya bersifat saling ketergantungan.

Marilah kita memperhatikan pengaruh yang begitu besar bagi kehidupan manusia manakala air, udara, tanah, laut dan sungai sudah tercemar dan lingkungan hidup kita telah rusak. Kita akan mengalami kehidupan yang sangat sulit manakala kita tidak memperbaiki lingkungan dengan merubah perilaku kita yang merusak. Sekiranya bumi tidak dapat ditanami, pasti manusia binasa. Oleh karenanya kita jadikan firman-firman Allah untuk memikirkan kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Dan ketahuilah wahai saudara-saudaraku, bahwa setiap kenikmatan yang kita peroleh, akan diminta pertanggungan jawabnya. Janganlah kita melalaikan Hari Perhitungan atau yaum al hisab yang telah disiapkan Allah untuk menimbang segala perbuatan kita di dunia ini.
"Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)."(Q.S. At Takastur:8).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar