Senin, Juni 08, 2009

Kewajiban Menciptakan Rasa Aman

Rasa aman merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Tidak ada satu pun manusia yang menginginkan celaka dan terganggu hidupnya oleh ulah orang lain. Bila dicermati, kebutuhan akan rasa aman, sama dengan kebutuhan akan pangan dan sandang. Ketika seseorang memiliki kendaraan misalnya, tentu ia ingin agar kendaraannya itu aman. Seseorang yang berjalan di tengah malam, ingin perjalanannya lancar, tidak terganggu oleh bahaya-bahaya yang menghadangnya.

Hidup tidak akan selaras dan aman jika manusia berada dalam bahaya. Sebaliknya hidup akan tenteram jika bahaya-bahaya yang menghadangnya dapat diatasi. Ketidakamanan akan mempengaruhi kehidupan bukan hanya diri sendiri namun juga masyarakat. Akibat yang lebih besar adalah masa depan masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh, jika suatu tempat itu penuh bahaya, tentu orang merasa kahwatair dan was-was atas keselamatan dirinya.

Jika seseorang suka merugikan/membahaykan orang lain, tentu orang lain akan enggan bergaul dengannya. Kalaupun bisa bergaul, ia hanya akan bergaul dalam lingkungannya yang sangat terbatas.

Ada beberapa sebab mengapa seseorang senang menganiaya atau menyakiti orang lain yang ujung-ujungnya adalah menimbulkan ketidaktenteraman masyarakat.

Pertama, belum bisa meninggalkan rasa iri hati/dengki.
Iri dan dengki timbul karena tidak memandang kenikmatan sebagai suatu karunia yang harus disyukuri, melainkan memandangnya sebagai suatu keharusan dan kepastian. Akibatnya ketika kenikmatan yang diharapkannya itu datang kepada orang lain, ia tidak rela dan timbul kebencian. Ia tidak mampu bersikap qana'ah atau menerima karunia Allah seperti apa adanya, sehingga hatinya tidak ikhlash, timbul iri dan ingin mengganggu orang lain.

Kedua, tidak sadar perbuatan mengganggu dapat menimbulkan permusuhan dan perpecahan tali persaudaraan.

Ketiga, tabi'at yang kasar.
Tabi'at yang kasar muncul dari hati yang kasar. Mengapa hati menjadi kasar ? Seringkali hati melupakan Allah. Seringkali manusia lupa bahwa setiap tindakan yang mendurhakai/menyakiti Allah dan RasulNya akan mendatangkan laknat di dunia dan akhirat serta siksaan yang amat pedih.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Ahzab, ayat 57 :

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan mela`natinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan."
Keemnpat, ambisi keduniawiaan yang terlalu berlebihan berupa tahtra, jabatan dan harta. Ambisi ini membutatulikan manusia dari peringatan Allah sehingga tidak segan-segan menghlalakan segala cara, fitnah, meneror dan menggnggu ketertiban umum, serta menyakiti saudara-saudaranya demi kesenangan hidup dirinya.

Kelima, tidak sadar bahwa setiap sesuatu yang menimpa orang lain, sesungguhnya tidak ingin menimpa dirinya juga. Ketika seseorang menyakiti orang lain, sesungguhnya dirinya pun tidak rela disakiti. Jika seseorang membahayakan orang lain, ia sesungguhnya tidak ingin bahaya itu menimpa dirinya. Namun nurani seperti ini akan lenyap manakala seseorang terasuki oleh iblis dan nafsu menyenangkan diri sendiri.

Seorang muslim bagai lebah, yang bila mencari makan, ia hanya memilih makanan yang baik, dan bila hinggap pada sebuah tempat, sekalipun tempat itu rapuh, namun tempat itu tidak akan menjadi rusak olehnya sedikitpun. Artinya seorang muslim yang baik, dimana saja ia berada, ia tak pernah mengganggu atau merugikan orang lain sedikitpun.

Orang muslim menjaga lidah dan tangannya dari menyakiti orang lain, apalagi mencelakakannya. Allah SWT berfirman dalam surat Al Ahzab, ayat 53 yang artinya :
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min dan mu'minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata."
Demikian juga sabda Rasulullah SAW :

"Orang Islam adalah orang yang menyelamatkan orang – orang Islam dari lisannya dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang hijrah dari apa yang dilarang Allah (HR. Bukahri dan Muslim)."

Syukur Alhamdulillah, kita berada di lingkungan yang memahami betapa pentingnya rasa aman dalam hidup kita. Kesadaran ini dapat terus kita tumbuhkan manakala kita semua berani melawan bahaya-bahaya yang merugikan diri dan masyarakat. Kita mesti bersama-sama menghilangkan bahaya-bahaya yang ada di dalam masyarakat dengan sikap yang tegas. Sikap ini diperlukan semata-mata supaya kita bisa hidup secara harmonis.

Oleh karena itu, setiap orang Islam adalah orang yang terikat kontrak untuk menciptakan ketenangan, keselamatan dan menghindarkan sesama muslim dari setiap marabahaya dan mengganggu kehidupannya. Setiap orang Islam berkewajiban menjaga lisan dan tangannya supaya tidak menyakiti saudara-saudara sesama muslim. Setiap orang Islam juga wajib berhijrah, yakni berpindah dari perilaku yang buruk kepada perilaku yang baik. Jika semula suka mengganggu atau menyakiti orang lain dengan lisan dan tangannya, maka seharusnya perilaku ini ditinggalkan, sehingga kita memperoleh berkah kehidupan. Yakni kehidupan yang aman.

Keamanan dapat kita ciptakan bersama. Syaratnya adalah kita memahami bahwa kehidupan yang aman sangat menyenangkan dan menenteramkan bukan saja untuk diri sendiri tetapi juga untuk masyarakat. Bukan untuk saat ini, tetapi juga untuk masa yang akan datang. Jika keamanan terwujud, orang tidak perlu takut dan stress memikirkan bahaya-bahaya yang mungkin menghadangnya setiap saat. Berjalan di mana saja dan kapan saja, tenang. Berdagang, bersekolah dan bepergian pun tidak dihantui was-was bahaya yang mungkin menimpanya.

Demikianlah khutbah jum'at ini. Akhirnya saya berpesan bahwa Islam memerintahkan ummatnya agar memberi rasa aman kepada orang lain, tak boleh mengganggu dan menyakiti, serta meresahkan orang lain. Orang Islam yang tidak mau berubah dan terus menerus menganggu orang lain dengan lisan dan tanggannya, sama artinya dengan keluar dari tuntunan Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar