Senin, Juni 08, 2009

Belajar pada Semut

Banyak perumpamaan yang Allah berikan di dalam menuntun hidup kita. Namun seringkali kita kurang memperhatikan ciptaan-ciptaan Allah. Padahal pada ciptaan Allah itu terdapat suatu pelajaran yang sangat berharga bagi hidup kita. Hanya saja, ilmu pengetahuan kita seringkali tidak sampai di dalam memahami tanda-tanda kekuasaan Allah. Seperti halnya nyamuk yang disebut dalam al Qur'an. Mungkin kita bertanya apa perlunya Allah menyebutkan binatang penyebar penyakit di dalam firmanNya. Setiap perumpamaan ini memiliki makna rohani yang mendalam. Yakni, kita melihat tanda-tanda kekuasaan Allah di dalam ciptaan-Nya itu.
Allah SWT berfriman.dalam surat al Baqarah ayat 26.

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Ayat ini memperjelas bahwa setiap ciptaan Allah pasti memiliki makna, yakni menumbuhkan iman kita kepada Allah. Adakah ilmu dan teknologi yang dapat menciptakan makhluk bernama nyamuk ? Tidak ada.

Maka dengan ciptaan-ciptaan Allah, kita dituntun agar menjadi manusia yang beriman dan bertanggungjawab di dalam kehidupan dunia ini. Manusia pun sesungguhnya bukan apa-apa, bahkan diciptakan dari bahan yang sangat hina dan menjijikkan, namun karena kasih sayang dan karunia Allah, manusia dapat tampil di muka bumi sebagai makhluk yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa kuasa Tuhan, manusia dan alam semesta ini tidak akan berarti apa-apa.

Perhatikanlah semut. Perhatikan apa yang dilakukan oleh makhluk kecil ini. Pada makhluk kecil ini, ada beberapa hal yang dapat menuntun hidup kita.

Pertama, semut adalah pekerja yang tangguh. Walaupun sendirian, semut dapat berjalan jauh seraya membawa beban makanan yang ia peroleh dari usahanya. Jika sedang berjalan, ia berhenti sejenak menyapa kawan-kawannya yang kebetulan bertemu di jalan. Ini menunjukkan bagaimana semut mampu menjalin network atau jaringan sosial yang teratur dan disiplin. Dari bertegur sapa dan menjalin hubungan ini tercipta jaringan kerja yang memungkinkan orang saling memerlukan jasanya masing-masing, sehingga terbentuk hubungan yang saling menguntungkan.

Kedua, semut jarang sekali berdiam diri. Ia bergerak dan ada saja yang dikerjakan. Ia pasti melakukan sesuatu. Sungguh sia-sia apabila manusia tidak melakukan amal perbuatan yang baik dan hanya menghabiskan waktunya untuk kegiatan yang sia-sia, yang tidak menguntungkan hidupnya di dunia dan akhirat.

Ketiga, semut tidak pernah memikul beban berat sendirian. Semut senantiasa bekerjasama dengan teman-temannya untuk memikul bebannya. Ia tidak mementingkan diri sendiri, merasa sok kuat dan mampu mengatasi segala sesuatunya sendirian. Ia bekerja secara tim. Maka sekalipun strategi dan cara kerjanya berbeda-beda namun karena bekerja bersama tim, maka beban seberat apapun dapat diselesaikan dengan baik.

Keempat, semut senantiasa membawa faedah dengan temannya. Semut membawa hasil kerjanya ke sarangnya, dan kemudian membaginya kepada sesama semut yang tidak mampu bekerja. Ia tidak merasa mutlak memiliki apa yang telah diperolehnya, namun ia berbagai karunia Allah atas apa yang diperolehnya.

Kelima, semut tidak melakukan kerusuhan sedikitpun di dalam tugas-tiugas pekerjaannya. Sebagai pekerja yang tangguh ia bertanggungjawab atas pekerjaannya. Dan ia akan membentuk tim seraya memperhatikan jaringan kerja yang dibangunnya, sehingga ia pun mampu memikul beban berat dan menyelesaikan tugasnya secara tepat dan benar.

Kehidupan semut menunjukkan kepada kita bagaimana manusia juga perlu bekerja keras, membangun jaringan kerja, membentuk tim, dan berbagi di dalam pekerjaan dan hasil-hasilnya. Semua ini dilakukan dalam rangka memenuhi sunnatullah. Manusia akan rugi dunia-akhirat manakala tidak memanfaatkan kehidupan di dunia ini dengan sebaik-baiknya.

Jika semut saja mampu hidup dalam keteraturan, kepedulian, kedisplinan dan saling memperkuat; maka sudah sewajarnya manusia yang beriman dan berakal dapat hidup lebih baik daripada makhluk Allah lainnya. Kita pun seharusnya mampu menunjukkan kerja keras, disiplin, saling berbagi, dan saling memperkuat dalam rangka mencari ridha Allah.

Allah SWT berfirman :

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."

Demikianlah, Tuhan mengingatkan kepada kita semua, bahwa iman harus dibuktikan dengan amal salih. Dan amal salih tidaklah berupa dalam konsep, angan-angan dan cita-cita, melainkan suatu perwujudan tindakan dan karya nyata yang dipersembahkan untuk Allah SWT. Kalau kita ingin menemukan sesuatu, maka kita harus mencarinya. Kalau kita ingin menghasilkan atau memperoleh sesuatu, kita harus bekerja. Semoga kita mendapatkan kesehatan dan kekuatan di dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar