Senin, Juni 08, 2009

Kewajiban Manusia Berserah Diri Kepada Allah

Marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah SWT dan senantiasa bersyukur karena Allah memberi kita kesempatan untuk mengatasi berbagai musibah dan diberi keteguhan hati dalam menghadapi setiap ujian Allah.

Tidak seorang pun mengharap musibah. Namun musibah tetap datang baik yang bersifat lokal, regional, nasional maupun internasional. Hanya dalam hitungan menit, angin kencang telah merobohkan rumah, tanaman, pepohonan, gardu listrik dan sebagainya, sehingga menimbulkan banyak kerusakan dan kerugian.

Berbagai macam musibah yang datang tidak hanya meluluhlantakkan harta benda, namun juga nyawa manusia. Hanya dalam hitungan detik bumi rusak, manusia kehilangan harta benda, sanak saudara dan hidup dalam kesengsaraan karena penyakit, kurangnya bahan makanan dan sebagainya.

Musibah ini, menunjukkan betapa lemahnya manusia di hadapan Allah SWT. Sehingga semua hal yang dibanggakan manusia di dunia ini, tidak akan ada artinya, manakala Allah SWT menghendaki kehancuranNya.

Namun manusia tidak boleh menyerah begitu saja. Manusia dianugerahi Allah suatu kekuatan yang besar agar mampu menghadapi setiap musibah yang datang. Dengan adanya tolong menolong, saling mengasihi dan berbagi serta saling peduli menjadikan manusia kuat menghadapi setiap musibah.

Musibah memang membuat manusia menderita. Namun dilihat dari sudut mental spiritual, musibah merupakan jalan naik menuju hidup yang lebih baik. Musibah merupakan momentum atau isyarat bagi manusia menuju perubahan. Sebab, musibah memberi peluang kepada kita untuk mempelajari pengalaman menyedihkan, hingga kita menemukan kehidupan sejati dan hakikat keberadaan manusia di alam semesta ini. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah, ayat 155-156.

“Sesungguhnya akan Kuberikan kepadamu kecemasan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa serta buah-buahan, tetapi berbahagialah orang yang bersabar,
" yakni orang yang ketika menemui musibah berkata :”Sesungguhnya kita kepunyaan Allah dan kepada-Nya kita akan kembali.”
"Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dalam ayat tersebut disebutkan adanya beberapa ujian yakni:
Pertama, rasa takut. Manusia akan mengalami cobaan rasa khawatir dan takut disebabkan adanya bencana-bencana seperti seperti banjir, longsor dan gempa bumi, kecelakaan pesawat, kapal, dan sebagainya.

Kedua, kelaparan. Akhir-akhir ini kita mendengar berita adanya kurang gizi dan keadaaan rawan pangan di sejumlah tempat. Diantara mereka ada yang makin nasi aking, makan sehari sekali hingga kurus kering.

Ketiga, kemiskinan. Diantara kehidupan kita ada yang fakir dan miskin. Mereka lemah secara ekonomi. Banyak juga diantaranya yang semula berharta jatuh miskin. Allah memberi rezeki kepada siapa pun yang dikehendakiNya dan mencabut harta benda kepada siapapun yang dikehendakiNya.

Kelima, kekurangan jiwa Manusia akan dicoba dengan kematian saudara-saudaranya ataupun orang yang dikasihinya.

Keenam, buah-buahan. Pohon-pohon buah tidak berproduksi secara maksimal disebabkan berbagai hama dan penyakit; sehingga tidak memenuhi kebutuhan manusia.
Setiap musibah pada hakikatnya adalah musibah kita bersama. Yakni apakah kita mampu berbagi dengan mereka dalam memberikan perhatian dan bantuan, ataukah kita akan berdiam diri begitu saja tidak memperdulikan mereka. Musibah memberi perluang kepada manusia untuk menumbuhkan sikap sabar, teguh pendirian, iman dan taqwa. Sebab seringkali karena musibah itulah, manusia menjadi ingat Allah. Dan kita disadarkan bahwa sesungguhnya semuanya milik Allah dan akan kembali kepadaNya.

Ujian sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an tersebut sudah mewakili betapa setiap musibah membuat manusia menderita dan terkadang putus asa. Namun Allah menjanjikan kebahagiaan bagi siapapun yang bersabar. Arti bersabar disini adalah tetap teguh di dalam iman dan Islam. Yakni tetap menjalankan ibadah sesuai dengan perintahNya, tidak berburuk sangka kepada Allah dan berputus asa.

Orang-orang saleh membedakan manfaat musibah dengan tiga kelompok.

Pertama, musibah sebagai penebus dan pembebas dosa yang pernah dilakukannya.
Kedua, musibah sebagai pengingat dan penguji kesabaran seseorang.
Ketiga, musibah sebagai tangga naik menuju kualitas hidup yang lebih baik.
Oleh karena itu, ketika musibah menimpa, selain kita pasrah (tawakkal) kepada Allah; kita juga harus berusaha keras agar musibah tersebut tidak terulang kembali. Karenanya, kita pun perlu melakukan muhasabah atau mengevaluasi diri sendiri kiranya dosa dan kesalahan apa yang telah diperbuat pada masa-masa sebelumnya.

Bila secara jujur kita mengakui, maka musibah yang terjadi, merupakan titik tolak agar kita senantiasa memohon ampun; bertaubat kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan berusaha memperbaharui hidup kita. Sehingga kehidupan kita di dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menjadi semakin baik. Namun sebaliknya, bila kita tidak bertobat dan tidak mengadakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik, bukan tidak mungkin Allah akan menimpakan musibah sebagaimana yang terjadi pada ummat-ummat sebelumnya.

Demikianlah khutbah jum’at kali ini. Mudah-mudahan kita senantiasa ingat atas apa yang telah dilakukan dan berusaha sebaik-baiknya agar kehidupan menjadi lebih baik. Marilah kita mawas diri, gotong royong dan saling menelong di dalam mengatasi berbagai ujian Allah. Marilah kita belajar dari setiap peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Janganlah kita berburuk sangka kepada Allah atas setiap musibah. Karena Allah akan memberikan berkah, rahmat dan petunjuk kepada setiap orang yang mawas diri dan tolong menolong. Ya Allah Yang Maha Perkasa, karuniakanlah keteguhan di dalam jiwa kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar