Selasa, Juni 09, 2009

Belajar dari Menteri Yang Bertaqwa

Di dalam sejarah Islam, kita mengenal seorang bernama Ibnu Hubairah yang menjabat menteri pada masa Khalifah Al Mustajid Dinasti Abbasiyah. Ia seorang menteri yang sangat berilmu, bertaqwa dan sederhana.

Dia mengajar para 'ulama hadist. Dia lapar karena suka berpuasa. Al Kisah, ketika orang-orang Madinah tiba di Makkah, mereka mengalami kepanasan, sedang persediaan air habis. Semua orang mencari air karena kehausan yang mencekik leher mereka dan hampir membuat mereka mati. Ibnu Hubairah mengambil air wudhu dan menadahkan tangan seraya berdo'a : "Ya Allah berilah kami minum. Ya Allah berilah kami minum." Allah mengabulkan do'anya, dan menjelang terbenamnya matahari hujan turun sehingga menyegarkan orang-orang yang kepanasan itu.

Namun, ia menyesal mengapa hanya minta air minum kepada Allah. Penyesalannya ini bukan karena ia menginginkan Allah menganugerahi air minum, emas dan permata. Namun ia menyesal karena ia tidak memohon ampunan Allah. Ia berkata :"Sekiranya aku memohon ampun, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosaku."

Ibnu Hubairah adalah sosok menteri atau pejabat yang berjiwa besar, pelopor dalam kebaikan, bertaqwa, takut pada Allah serta banyak membaca Al Qur'an dan Hadist. Meskipun ia seorang menteri, namun ia tidak melupakan untuk selalu membaca Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah, sebab dari Al Qur'an dan Sunnah Rasululllah inilah, kita semua akan tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Melalui bimbingan Allah dan rasulNya, kita akan mampu mengendalikan hawa nafsu, sehingga kita menjadi orang yang berilmu dan bertaqwa kepada Allah. Tiadalah satupun kebaikan di dunia ini dapat diwujudkan manakala kita semua sudah tidak takut lagi kepada Allah.

Sikap Ibnu Hubairah merupakan sikap seorang menteri yang sangat bertaqwa. Ia merasa takut terhadap siksa Allah. Ketika berdo'a memohon air hujan, Allah mengabulkannya. Namun baginya, ampunan Allah adalah rahmat terbesar dalam hidupnya. Ia bisa menggunakan kesalehannya untuk memohon sesuatu kepada Allah. Ia pun memiliki kekuasaan dan kesempatan untuk mendapatkan segala sesuatu dari pemerintah atau rakyatnya. Namun ia tidak melakukannya, karena ia senantiasa memohon ampunan Allah.

Saudara-saudaraku, ingatlah bahwa harta benda yang kita miliki tidak akan dapat menyelamatkan kita di akhirat, apalagi harta benda yang diperoleh dengan cara tidak halal. Ingatlah hari dimana harta benda tidak akan dapat menolong kita di akhirat. Hari itu adalah hari kiamat. Semua manusia berkumpul di padang mashsyar, menunggu giliran dihitung amal ibadahnya. Semua jabatan, kehebatan, harta benda, anak-anak dan semua hal yang membanggakan di dunia, tidak akan berarti apap-apa. Maha Suci Allah, sanggupkah kita mengahadapi hari dimana Allah menghitung amal ibadah kita dengan sangat terperinci ?

Keselamatan kita di akhirat bergantung pada amal ibadah yang bersumber dari hati yang bersih. Yaitu hati yang diliputi rasa takut kepada Allah, keimanan, ketaqwaan dan keyakinan akan balasan Allah. Kita akan memperoleh keselamatan manakala kita datang sebagai hamba Allah, sebagaimana dinyatakan dalam surat Asy-syu'ara, ayat 88-89.

"(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."

Jika kita tidak mempersiapkan diri sebaik-baiknya di dunia ini, kita tidak mungkin mampu menghadapi kedahsyatan Hari Kiamat. Dalam beberapa firmanNya, Allah SWT menyatakan bagaimana penyesalan manusia di Hari Kiamat sudah tidak berguna lagi.

Pertama, Allah menampakkan rahasia. Pada hari kiamat, manusia tak akan dapat menyembunyikan segala amal perbuatannya. Sehingga banyak diantaranya yang kebingungan seperti orang mabuk. Bahkan jika dihidangkan makanan yang paling enak pun, manusia tidak menghiarukannya dikarenakan rasa takut dan khawatir atas perhitungan Allah. Allah SWT berfirman dalam surat At Thariq, ayat 8-10 yang artinya :

"Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari dinampakkan segala rahasia, maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatanpun dan tidak (pula) seorang penolong."

Kedua, manusia teringat akan perbuatannya. Akan tetapi, apakah kita semua harus menunggu datangnya kematian, untuk mengingat segala perbuatannya ? Padahal sesudah kematian, manusia tidak akan kembali ke dunia untuk memperbaiki amal ibadahnya. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya kita mengingat amal ibadah yang telah dilakukan, dan sekarang pula kita memperbaiki amal ibadahnya supaya kita selamat pada Hari Perhitungan. Allah menyatakan hal ini dalam surat An-Nazi'at ayat 34-40, yang artinya :

"Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)."

Ketiga, manusia tidak dapat membuat-buat alasan atas perbuatan-perbuatannya. Pada hari ini mulut terkunci, tak ada alasan untuk tidak mengakui perbuatan-perbuatannya, sebab bukan mulut yang berbicara, tetapi amal-amal itulah yang akan menunjukkan apa sesungguhnya amal-amal yang telah dilakukan semasa hidup di dunia. Allah menyatakan hal ini dalam surat Al Mursalat, ayat 34-38 yang artinya :

Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Ini adalah hari keputusan; (pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang yang terdahulu. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air. Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini.

Betapa menegerikannya hari kiamat itu. Namun kengerian ini dapat kita hadapi apabila kita memiliki bekal atau amal shaleh yang cukup untuk menghadap Allah SWT. Allah akan menyelamatkan kita karena jika kita termasuk golongan kanan. Yaitu golongan orang-orang yang tidak mendustakan agama Allah dan selalu beramal shalih.

"Maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar